Tipe Investor Jelang Pemilu 2024, Anda Tipe yang Mana?



MOMSMONEY.ID - Pemilu 2024 semakin dekat. Bagaimana Anda meracik strategi investasi jelang pemilu? Apakah Anda termasuk investor yang pesimis atau optimis terhadap pemilu tahun depan?

Riset PT Syailendra Capital, Senin (15/8), mengungkapkan pada musim pemilu ada dua macam sudut panjang yang sering ditunjukkan oleh investor. Sebagian investor berpendapat bahwa musim pemilu dikaitkan dengan meningkatnya risiko pasar karena ada kemungkinan risiko perubahan kebijakan atau kemungkinan risiko ketidakstabilan politik. 

Biasanya faktor yang membuat investor cemas jelang pemilu adalah, pertama ada risiko ketikdakstabilan kondisi dalam proses pemilu. Kedua, khawatir dengan masyarakat yang terpecah opininya. Ketiga, ada kemungkinan perubahan kebijakan dan keempat risiko jika hasil pemilu tidak dapat diterima oleh pihak-pihak tertentu. 


Namun, ada juga investor yang melihat musim pemilu sebagai pesta demokrasi yang akan membuat roda perekonomian berjalan lebih baik. Hal tersebut tentu ditopang oleh peningkatan angka konsumsi domestik. Ada sumber dana kampanye dalam pemilu yang akan terserap di perekonomian. Tidak heran bila konsumsi diperkirakan meningkat di tahun pemilu dan dapat menumbuhkan ekonomi. 

Syailendra berpandangan dua macam sudut pandang di setiap kasus memang lumrah terjadi karena terbaginya opini antara investor yang memiliki profil risiko konservatif dan agresif. 

Namun, di setiap kondisi, sebaiknya investor melihat dari sisi positifnya dan jangan hanya melihat faktor risikonya saja. Dengan begitu, investor dapat memanfaatkan momentum dan opportunity yang ada. 

Baca Juga: Suku Bunga The Fed Naik, Ini Sektor Investasi Paling Bergairah

Secara historis pergerakan IHSG di musim pemilu semakin stabil bila dilihat dari penurunan standar deviasinya. Pada pemilu 2009 standar deviasi dari pergerakan IHSG mencapai 31,7%. Sedangkan, pada pemilu 2014 menjadi 13,7% kemudian pada pemilu 2019 turun lagi ke 13,3%. 

Sedangkan, pada 5 periode pemilu terakhir, volatilitas pergerakan IHSG mengalami penurunan angka annualized standard deviation (SD). SD 2 pemilu terakhir di kisaran 13%, lebih rendah dibandingkan dengan pemilu tahun 1999, 2004, dan 2009. Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya perbaikan dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pemilu sehingga membuat keseluruhan musim pemilu menjadi lebih kondusif. 

Baca Juga: Meneropong Arah Pasar Jelang Pemilu 2024, Ini Rekomendasi Investasi Reksadana Saham 

Optimisme juga bisa datang dari potensi meningkatnya konsumsi di musim pemilu. Tipe produk yang sering dibeli untuk kebutuhan kampanye pemilu antara lain, stiker atau pin, kartu nama, pakaian, kalendar, selebaran atau poster, penutup kepala, alat tulis, alat makan atau minum. 

Berdasarkan estimasi UBS, terdapat potensi perputaran dana berkisar Rp  170 triliun dari 5 jenis bentuk pemilu yang akan dilangsungkan. Dampaknya positif pada angka konsumsi di Indonesia yang biasanya mengalami peningkatan pada 2 kuartal sebelum pemilu berlangsung. Beberapa produk yang terkait dengan kebutuhan kampanye kemungkinan mengalami lonjakkan permintaan sebelum pemilu berlangsung.

Baca Juga: Jokowi Siapkan Belanja Negara Rp 3.304,1 Triliun dalam RAPBN 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Danielisa Putriadita