KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen investasi terus berkembang seiring perubahan zaman. Kini banyak pilihan investasi agar bisa mendulang cuan di masa depan. Pada dasarnya, investasi sudah menjadi kebutuhan untuk menyimpan sebagian dana. Namun, tren investasi yang lebih gampang sedikit meragukan banyak orang untuk mencoba berinvestasi pada instrumen baru. Direktur Utama PT Wijaya Karya Beton Tbk alias WIKA Beton (
WTON), Kuntjara punya tips menarik untuk berani mulai berinvestasi. Keberaniannya itulah yang membuka peluang bisa mengenal ragam instrumen investasi.
Pria 52 tahun ini dulunya juga berpikir konservatif soal investasi. Aset-aset pada sektor rill nampaknya lebih aman ketimbang mencoba jenis investasi baru yang belum menentu imbal hasilnya.
Baca Juga: Bursa Saham Kompak Tertekan Karena Efek Inflasi di Sepanjang 2022 Kuntjara sudah sadar betul bahwa investasi penting bagi setiap orang. Setidaknya, dana yang diinvestasikan bisa menjadi keperluan tak terduga di masa mendatang. Pada tahun 2012, Dia mulai serius pada investasi properti dengan memanfaatkan aset yang ada. Rumah sempat dibeli tetapi sudah tidak ditempati karena tuntutan pekerjaannya untuk berpindah tugas. Dari situ, Kuntjara berpandangan tidak ada salahnya untuk menyewakan aset tersebut. Apalagi berinvestasi pada properti digadang-gadang bisa mendapatkan nilai yang lebih mahal karena harga terus naik. Namun, investasi properti itu diakui tidak muluk-muluk untuk mengejar keuntungan. Kuntjara hanya menyewakan sekitar 5% dari nilai beli rumah tersebut. "Tujuannya memang hanya memanfaatkan aset yang ada, sembari menunggu harga dan momentum yang cocok untuk melepas aset tersebut," imbuh dia kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Simak Tips Berburu Cuan dari Rights Issue BTN Selepas itu, Kuntjara bilang, nampaknya kurang jika tidak mencoba instrumen investasi baru. Berinvestasi pada sektor nonrill seperti obligasi, deposito, ataupun saham sudah tidak tabu seiring edukasi yang terus digaungkan. Di samping itu, pertanggungjawabannya lebih baik karena tata kelola investasi terus berkembang positif. Dulu alasan Kuntjara hanya berinvestasi pada sektor rill karena tidak cukup waktu untuk mendalami pengetahuan terhadap aset-aset yang tidak memiliki bentuk fisik. Seperti obligasi ataupun saham, tentunya menjadi hal utama untuk memperhatikan imbal hasil yang ditawarkan. Orang nomor satu di Wika Beton ini selanjutnya melirik obligasi dan asuransi untuk menambah pundi-pundi pemasukan. Tetapi masih memilih instrumen investasi yang terjamin keamanannya seperti Obligasi Ritel Negara (ORI).
Baca Juga: Vladimir Putin Stop Ekspor Minyak, Bursa Teriak Kuntjara mengakui bahwa memang cukup sulit mengesampingkan sikap konservatif, tetapi keberanian untuk mencoba itu justru membuka lebar pandangannya bahwa imbal hasil juga cukup menarik dari jenis investasi lain. Misalnya saja berinvestasi pada pasar saham telah lama ditahan oleh Kuntjara. Bermain saham tidak menarik minatnya karena bukan sesuatu hal yang dikuasai. Pemikiran itu baru berbalik ketika melihat peluang di tahun 2020 saat pasar saham jatuh. Kala itu, teman Kuntjara memberi edukasi untuk membeli saham saat harga di level rendah. Pertimbangannya untuk turut menempatkan dana di pasar saham ternyata keputusan tepat. Berbekal analisa fundamental perusahaan dan sedikit modal nekat bisa memberinya untung. Awalnya hanya bermain aman dengan menghimpun saham-saham
blue chip seperti Himbara (bank BUMN). Lalu berujung pada mengoleksi sedikit saham-saham khusus
trading jangka pendek.
Baca Juga: Intip Tips Berinvestasi ala Vincent Saputra, Direktur RMK Energy (RMKE) Adapun sekitar 80% portofolio saham Kuntjara adalah emiten bluechip dengan sektor yang dinilai prospektif seperti Himbara, pertambangan, hingga sumber daya. Sisanya 20% untuk mencoba peruntungan menaruh modal pada saham-saham yang punya potensi besar bergerak naik ataupun turun dalam waktu singkat, namun dengan risiko yang masih terukur. Jika dipetakan, saat ini Kuntjara lebih mendalami investasi pada pasar modal dengan komposisi terbesar yakni 60%. Selanjutnya, obligasi sebesar 20%, asuransi 10% dan properti 10%. Menurut Kuntjara, sah-sah saja untuk mencoba pada instrumen investasi baru. Yang jelas, kiat berinvestasi adalah menyesuaikan modal dan tujuan ke depan.
Baca Juga: Ingin Mulai Berinvestasi? Coba Tips Investasi Buat Pemula dari Pakar UM Surabaya Ini Selain itu, berinvestasi semestinya menggunakan dana khusus yang telah dialokasikan sendiri. Risiko investasi juga harus bisa diukur agar dana yang ditanam tidak ambles. Hal tersebut karena investasi sudah sangat luas wadahnya. Jika tidak memahami betul peluang dan risiko yang ada, maka yang diperoleh bukan untung tapi malah buntung. Karena itu, Kuntjara menuturkan, berinvestasilah dengan kapasitas pengetahuan dan waktu yang dimiliki. Jika tidak sempat mengkalkulasikan dengan tepat, sebaiknya berinvestasi pada instrumen yang aman terlebih dahulu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati