Tips Berinvestasi Aset Risiko Tinggi ala CMO Tokocrypto, Wan Iqbal



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Investasi berisiko tinggi disukai oleh Wan Iqbal, Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto. Sebagian besar asetnya telah diinvestasikan untuk menggali keuntungan di aset kripto.

Ketika alasan sudah kuat untuk memulai investasi, maka bayang-bayang risiko semestinya bukan menjadi persoalan. Hal itu sangat diyakini Iqbal sebagai CMO Tokocrypto.

Iqbal sadar betul untuk mendapatkan imbal hasil tinggi, maka diperlukan pula keberanian untuk menghadapi tingginya risiko. Seseorang yang berani untuk lebih agresif artinya sudah memahami konsekuensi pilihannya.


Sekitar 90% aset Iqbal telah dialokasikan untuk berinvestasi di aset-aset kripto. Sementara hanya sekitar 7% di saham dan sekitar 3% di produk-produk reksadana.

Baca Juga: Bitcoin Turun di Awal Oktober, Pertanda Uptober Terancam?

Namun, berinvestasi dengan taruhan risiko yang tinggi sebenarnya bukan juga berarti tinggal menunggu waktu apes. Riset mendalam dan jam terbang dalam berinvestasi bakal membantu menghindari hari sial tersebut.

Iqbal punya seribu satu alasan yang kuat untuk mengatakan bahwa aset kripto terutama Bitcoin memiliki prospek menjanjikan. Aset digital ini memiliki banyak sentimen pendukung yang pada akhirnya bisa mengantarkan harga terbang jauh lebih tinggi.

Utamanya tahun depan diyakini sebagai pesta industri kripto karena adanya Bitcoin Halving 2024. Aset kripto juga kian dikenal dengan semakin banyaknya ketertarikan seperti dari Manajer Investasi kelas kakap yakni Blackrock yang mengajukan ide Bitcoin ETF Spot.

“Kalau memang pintar mengelola dan memahami momentum, maka kripto bisa untung berkali-kali lipat,” kata Iqbal saat diwawancarai Kontan.co.id, Jumat (6/10).

Kripto juga berpotensi menjadi aset pilihan utama investasi dan belum banyak diketahui investor. Kripto bisa memenuhi beragam profil risiko investor.

Baca Juga: Ada Halving pada Tahun 2024, Simak Potensi Kenaikan Harga Bitcoin

Iqbal menjelaskan, kripto itu sendiri memiliki koin-koin yang bisa dipilih sesuai selera investasi. Bagi investor agresif, Bitcoin bisa jadi pilihan. Investor konservatif bisa memilih stablecoin seperti USDT untuk menjaga kestabilan. Sedangkan investor yang lebih moderat bisa menyeimbangkan portofolio berdasarkan tingkat risiko koin tersebut.

“Itulah hal menarik kripto yang belum banyak diketahui,” ujar Iqbal.

Di samping itu, Iqbal optimistis terhadap aset kripto karena berdasarkan pengalaman pribadinya. Jam terbang telah meningkatkan pengetahuan untuk melihat lebih dekat potensi aset kripto.

Pria lulusan Universitas Padjajaran ini mengawali investasinya di kripto tidak cukup bagus di tahun 2017. Sama seperti pemula lainnya, banyak koin-koin pilihan Iqbal yang nyangkut alias tidak dapat dicairkan.

Maklum, Iqbal menyadari bahwa saat itu memulai investasi kripto karena hanya ikut-ikutan, tanpa mengerti lebih dulu langkah yang diambil. Akibatnya banyak rekomendasi ataupun arahan berinvestasi kripto yang gagal dipahami, sehingga menyebabkan kerugian puluhan juta.

Baca Juga: Pasar Kripto Masih Prospektif, Ini Katalisnya

Namun, Iqbal tak menyayangkan peristiwa tersebut dan justru membuka wawasannya terhadap aset kripto jadi lebih luas. Pengalaman pahit itu pun terbayarkan dengan keuntungan jumbo di aset kripto terutama Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) yang tercermin dari pesatnya kenaikan harga di tahun 2021.

“Setelah tiga tahun, saya buka lagi kripto ternyata harganya sudah oke banget. Perasaan dulu tidak segini nilainya,” kata Iqbal.

Hingga pada akhirnya, Iqbal semakin mantap dengan pilihan untuk mempertebal komposisi di aset kripto. Hal ini tidak terlepas pula dari perannya di Tokocrypto yang membawanya lebih dekat dengan isu-isu terkini di pasar.

Iqbal mengingatkan pentingnya untuk menggunakan dana investasi yang benar-benar telah disisihkan. Hal ini semestinya menjadi prinsip berinvestasi agar tidak mengganggu dana untuk kebutuhan lainnya.

Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi Pulih di Kuartal I 2024

Kedisiplinan untuk menyisihkan uang investasi tersebut memang harus dipupuk sedini mungkin. Iqbal sendiri mengakui jadi lebih disiplin menyisihkan uang berkat pengalaman investasinya di tabungan berjangka saat masih kuliah.

Investor perlu juga untuk mengenali profil risiko masing-masing agar bisa mencapai tujuan investasi. Selain itu, Iqbal menyarankan untuk konsisten dalam berinvestasi salah satunya melalui metode dollar cost averaging (DCA).

“Tetapi hal yang paling utama adalah mulai saja dulu, meski dengan modal sekecil apapun. Apalagi saat ini informasi terkait investasi mudah didapatkan lewat internet,” imbuh Iqbal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati