KONTAN.CO.ID - Sebelum memilih instrumen investasi, Anda terlebih dulu perlu memahami diri sendiri termasuk dalam profil investor mana kah di antara 3 profil investor yakni konservatif, moderat dan agresif? Investor konservatif adalah investor yang paling rendah dalam keberanian mengambil risiko investasi. Investor konservatif lebih memilih nilai pokok investasi tidak berkurang, meski imbal hasilnya tidak terlalu tinggi, tetapi stabil. Nah, apakah Anda memiliki ciri-ciri sebagai investor konservatif? Simak Ciri-ciri investor konservatif berikut ini:
- Memilih investasi yang aman dan rendah risiko
- Menginginkan nilai imbal hasil atau return yang stabil
- Menghindari penurunan dana pokok investasinya
Biasanya sebagian besar orang yang termasuk dalam tipe investor konservatif didominasi oleh investor pemula yang baru mulai tertarik dengan dunia investasi. Karena itu, mereka umumnya tidak ingin mengambil risiko terlalu tinggi dan lebih memilih poroduk yang memiliki nilai imbal hasil tang stabil. Itulah kenapa mereka mendapat julukan risk averter atau penghindari risiko.
Baca Juga: Inilah Pilihan Investasi bagi Anda Tipe Investor Konservatif Menurut Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting sebagai investor konservatif yang hendak masuk ke produk reksadana, harus tahu tentang produk yang dipilih dan disesuaikan dengan tujuan keuangan. “Mulailah dengan angka yang kecil dulu untuk meminimalkan risiko.”ujar Eko. Investor konservatif disarankan untuk berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini mengingat investor konsvervatif lebih mengutamakan stabilitas pergerakan dibanding imbal hasil investasi yang dipilih. Nah, agar Anda sebagai investor konservatif tidak ragu-ragu melangkah dan memulai investasi, simak tips dari Sherly Sintia, Assistant Consultant di ZAP Finance berikut ini:
- Mulai dengan modal kecil
- Gunakan sistem auto debet untuk setoran invstasi setiap bulan
- Pilih produk reksadana yang berisiko rendah
Saat ini jenis reksadana ada 4 macam yaitu:
- Reksadana pasar uang
- Reksadana pendapatan tetap
- Reksadana campuran
- Reksadana saham
Dalam memilih dan menyusun portofolio reksadana bagi investor konservatif disarankan sebagai berikut:
- Reksadana pasar uang 70%, imbal hasil 3% hingga 5% per tahun
- Reksadana pendapatan tetap 30%, imbal hasil 7% hingga 8% per tahun
Baca Juga: Anda Generasi Sandwich? Ini Cara Atur Keuangan Biar Keuangan Tetap Sehat Kedua jenis reksadana tersebut (reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap) lebih rendah risikonya ketimbang reksadana campuran dan reksadana saham. Proporsi reksadana pasar uang lebih banyak atau mayoritas, karena sifat reksadana pasar uang yang lebih mudah dan cepat dicairkan. Senada dengan Sherly, pendapat yang sama juga disampaikan Eko. “Kalau konservatif sebaiknya enggak usah terlalu banyak di risiko tinggi, produk reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap sudah cukup baik.”jelas Eko. Selain itu agar Anda lebih mudah mengingat dan juga memudahkan dalam proses pencairan dana, Sherly menyarankan untuk membagi investasi dengan sistem 1 produk untuk 1 tujuan investasi. Hal ini juga akan memudahkan Anda dalam membagi investasi sesuai jangka waktu yang Anda tentukan, sehingga Anda tinggal mencairkan 1 produk saat target investasi sudah tercapai tanpa harus mengganggu dengan tujuan investasi lainnya. “Jadi 1 tujuan, 1 aset investasi,”jelas Sherly. Dalam perjalanan berinvestasi tentu ada berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja berbagai produk reksadana. Oleh karena itu, saat terjadi penurunan kinerja reksadana perlu disikapi dengan bijak. “Tetap berinvestasi secara berkala, jika ada penurunan nilai, penurunan nilainya hanya sebagian kecil dari nilai investasi secara keseluruhan.”jelas Sherly. Sedangkan Eko berpesan kepada investor konservatif agar lebih melihat dalam jangka panjang dan tidak mudah terpengaruh oleh sentimen negatif jangka pendek. “Penting punya tujuan, kalau memang tujuan investasinya masih kama, kenapa harus terpengaruh dengan volatilitas jangka pendek.”ujar Eko berpesan. Reksadana terproteksi Selain keempat jenis reksadana di atas, ada pula yang disebut reksadana terproteksi. Namun reksadana terproteksi memiliki masa penawaran, sehingga investor hanya dapat membeli reksadana ini pasa masa tertentu saja. Reksadana terproteksi adalah jenis reksadana yang akan memproteksi 100% pokok investasi investor pada saat jatuh tempo. Reksadana terproteksi memiliki jangka waktu investasi yang telah ditentukan sebelumnya oleh Manajer Investasi, namun dapat dicairkan sebelum jatuh tempo tanpa jaminan adanya proteksi akan pokok investasi. Karakteristik reksadana terpoteksi adalah sebagai berikut:
- Adanya masa penawaran maksimal 120 hari kerja
- Unit yang ditawarkan terbatas disesuaikan dengan ketersediaan surat utang
- Adanya jatuh tempo. Umumnya bersamaan atau selisih beberpa hari dengan tanggal jatuh tempo surat utangnya
- Adanya indikasi return diperoleh dari bunga/kupoin surat utang setelah dikurangi dengan faktor biaya dan pajak
Jika dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya, reksadana terproteksi memiliki tingkat risiko menengah hingga tinggi. Kendati demikian, potensi keuntungan yang bisa didapatkan investor cukup besar. “Reksadana terproteksi memiliki return antara 5% hingga7%.”ujar Sherly. Jenis reksadana terproteksi lebih cocok dipilih investor dengan profil risiko moderat dan agresif. “Reksadana terproteksi tidak direkomendasikan pada pemilik profil risiko konservatif.”ujar Sherly berpesan.
Sedangkan Eko masih merekomendasikan reksadana terproteksi bagi investor konservatif, asalkan untuk tujuan dengan jangka waktu menengah hingga panjang. “Kalau imbal hasilnya biasanya tidak jauh dari obligasi.”ujar Eko. Demikian tips investasi reksadana bagi Anda dengan profil risiko konservatif. Semoga semakin memantapkan langkah memulai investasi dari reksadana. Selamat berinvestasi.
Baca Juga: Tips Berinvestasi Reksadana bagi Pemula Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti