KONTAN.CO.ID - Berita tentang kasus penculikan pada anak membuat masyarakat, tarutama para orangtua menjadi was-was. Keselamatan anak tentu menjadi hal yang di khawatirkan orangtua. Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Edilburga Wulan Saptandari, , mengatakan penculikan bisa menjadi pengalaman traumatis bagi anak korban penculikan. Hal ini disebabkan, penculikan merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang bisa memunculkan perasaan tidak nyaman, syok, cemas, tidak berdaya bahkan depresi.
"Penculikan ini menjadi traumatic event bagi anak. Lalu, apakah menyebabkan trauma atau tidak, ini tidak bisa didiagnosis begitu saja namun perlu pemeriksaan lebih mendalam,"tuturnya, dikutip dari situs UGM.
Baca Juga: Unhan Buka Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru 2023 Jalur Beasiswa, Simak Persyaratannya Edilburga menjelaskan, perlu dilihat kasus per kasus. Perlakuan selama penculikan bisa mempengaruhi muncul tidaknya trauma pada anak korban penculikan anak. Misalnya penculik melakukan tindak kekerasan baik fisik maupun seksual serta perlakuan buruk lainnya, anak korban penculikan bisa lebih rentan mengalami trauma. Hal berbeda akan muncul pada anak korban penculikan yang diperlakukan dengan baik selama penculikan.
Tips mencegah penculikan pada anak
Lantas bagaimana agar anak terhindar dari penculikan? Edilburga membagikan sejumlah tips berikut ini. 1. Membekali anak pengetahuan bagaimana berhadapan dengan orang asing Anak diberikan pemahaman untuk tidak sembarangan berbicara, tidak mudah percaya, tidak mudah terbujuk dengan iming-iming pemberian orang lain, serta bisa menolak ajakan orang yang tidak dikenal. 2. Mengajari anak mekanisme melindungi diri sendiri. Anak perlu diberikan mekanisme perlindungan diri seperti belajar bela diri. Selain itu saat berhadapan dengan orang asing yang mencurigakan ataupun ketika terpisah dari keluarga, anak diajarkan untuk berteriak meminta tolong serta mencari bantuan pertolongan pada orang yang tepat. "Beri pengertian saat meminta tolong pada orang berseragam seperti satpam atau karyawan toko yang besar kemungkinannya memberikan bantuan," terangnya. 3. membantu anak dalam mengenali identitas diri Anak perlu diajari untuk mengingat namanya, orang tua, alamat rumah serta nomor telepon orang tua.
Baca Juga: Hati-Hati Terjebak Penipuan Lamaran kerja, Ini Ciri-Ciri Perusahaan yang Red Flag 4. Membiasakan diri untuk meminta izin Dosen Fakultas Psikologi UGM ini mengatakan anak-anak juga perlu dibiasakan untuk selalu minta izin kepada orang tua setiap akan melakukan sesuatu. Selain sebagai bentuk pengawasan, meminta izin juga membantu anak dalam memahami hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dengan terbiasa minta izin, saat ada orang asing yang memberikan sesuatu atau mengajak pergi, anak-anak akan terbiasa meminta izin atau konfirmasi terlebih dulu kepada orang tuanya.
5. Memberikan literasi tentang keamanan dalam bermedia sosial Anak diberikan pengertian untuk tidak membagikan informasi pribadi di media sosial. "Kasus penculikan secara tidak langsung, tak jarang juga berawal dari media sosial atau bermain game yang rentan terjadi terutama pada anak praremaja dan remaja sehingga perlu diberikan pendidikan terkait kemanan siber," tuturnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News