Tips membeli rumah melalui skema KPR



Sejak era pengetatan moneter berjalan, bunga kredit perbankan di negeri kita ikut melambung. Tak terkecuali bunga kredit pemilikan rumah (KPR).  Bunga KPR yang sempat melandai ke kisaran satu digit beberapa waktu lalu kini kembali merangkak naik.

Bunga KPR kini rata-rata bertengger di atas 12% per tahun. Bunga yang melejit ini sedikit banyak akan memengaruhi daya beli masyarakat terhadap kredit bank.

Tak heran, perbankan akhirnya memutar strategi penjualan dengan menawarkan tenor kredit yang lebih panjang. Tenor kredit yang panjang, kendati dengan bunga yang sebenarnya makin mahal, akan membuat cicilan bulanan terlihat lebih “ringan”.


Anda yang tengah berniat membeli rumah  idaman, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum memutuskan membeli rumah melalui skema KPR di bank, sebagai berikut:

Pertama, pilihan properti. Prinsip utama membeli properti kendati bukan untuk investasi adalah lokasi. Pastikan lokasi rumah yang hendak Anda beli dekat dengan fasilitas publik mulai dari pusat perbelanjaan, rumahsakit, tempat ibadah, hingga fasilitas transportasi publik.

Kedua, kerjasama pengembang dengan bank. Membeli properti di pengembang yang memiliki kerjasama dengan bank, berpeluang memberi Anda diskon bunga. Selisih bunga bisa di atas 2%. Lumayan, kan?

Ketiga, kemampuan membayar. Maksimal besar cicilan utang, termasuk KPR, adalah 30% dari total penghasilan bulanan Anda. Pilih skema yang paling cocok dengan kemampuan kantong. “Kalau mampu mencicil KPR dengan tenor 10 tahun, tidak perlu juga mengambil tenor 30 tahun,” kata Farah Dini, perencana keuangan Zelts Janus Consulting.

Keempat, bandingkan harga. Anda tak perlu rikuh meminta simulasi KPR ke berbagai bank sebagai bahan pertimbangan. Jangan lupa meminta  kejelasan tentang metode penghitungan bunga. Berapa lama masa fixed rate? Memakai bunga efektif atau flat? Juga, adakah opsi pelunasan sebelum kontrak kredit berakhir?

Pada dasarnya, pembelian rumah adalah salah satu pembelian terbesar yang dilakukan oleh seseorang. Semakin lama menunda, biayanya bisa semakin mahal karena harga properti sulit turun. “Membeli rumah harus kerja keras dan sedikit dipaksakan agar bisa terbeli,” kata Mohamad Andoko dari OneShildt Financial Consulting.

Nah, silakan berhitung dengan cermat.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can