KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merembet pada turunnya kinerja reksadana saham. Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya membagikan tips bagaimana cara menyusun portofolio saat pasar saham genting. Kamis (16/5), kinerja IHSG ditutup masih melemah dengan turun 1,42% ke level 5.895. Penurunan kinerja pasar saham juga berdampak negatif pada kinerja reksadana saham. Mengutip data Infovesta Utama, per Rabu (15/5), kinerja rata-rata reksadan saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index melemah 0,90% dan dalam sebulan terakhir turun 5,89%.
Edbert mengatakan kinerja pasar saham anjlok karena perang dagang AS dan China kembali memanas serta defisitnya neraca perdagangan periode April. "Kondisi tersebut membuat aksi jual di pasar saham semakin parah," kata Edbert, Kamis (16/5). Di tengah situasi pasar saham yang genting dan bervolatilitas tinggi, Edbert menyarankan investor bisa melakukan
average down jika memiliki dana lebih. Namun, bagi investor yang tidak memiliki dana lebih sebaiknya wait and see dan baru menambah investasi ketika ada tanda-tanda akan terjadi pembalikan arah pasar. "Saat ini tren masih turun, jadi bagi yang memiliki dana terbatas sebaiknya wait and see saja dulu," kata Edbert. Selain itu, di tengah volatilitas yang tinggi, jangan sampai investor kehabisan dana investasi ketika ternyata market bergerak lebih melemah. Kondisi yang terjadi di pasar saham, juga bisa menjadi risiko pada pasar obligasi atau reksadana pendapatan tetap. Menurut Edbert, saat ini nilai tukar cenderung tertekan alhasil pasar obligasi juga berisiko mengalami tekanan . Maklum, obligasi khususnya milik pemerintah banyak asing miliki dan jika melihat nilai tukar yang terus tertekan, asing bisa melakukan aksi jual karena tidak mau terekan risiko rugi kurs. Namun, memang di reksadana pendapatan tetap investor tidak perlu merasa khawatir hingga panik berlebihan karena keuntungan pada reksadana pendapatan tetap masih bisa didapat dari kupon obligasi.
"Pasar obligasi berpotensi sama dengan pasar saham bisa bergerak turun, opsi average down bisa dilakukan jika ada dana lebih, jika tidak ada sebaiknya
wait and see," kata Edbert. Jika ingin aman, reksadana pasar uang bisa dipilih karena reksadana ini sangat minim risiko. Edbert kembali mengingatkan di tengah perkembangan berita mengenai perang dagang AS dan China yang cepat berubah dan menimbulkan ketidakpastian, keputusan berapa lama menaruh dana di reksadana saham tidak bisa dijawab dengan waktu yang tepat. Melainkan, investor bisa mengamati indikator-indikator atau kondisi yang mengarahkan pada terjadinya pembalikan arah pasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto