JAKARTA. Nama Harry Suganda mendadak tenar, khususnya di lingkungan industri perbankan Tanah Air. Ketenarannya tidak datang dari prestasi cemerlang, namun justru karena pria keturunan India itu membobol dana tujuh bank senilai Rp 836 miliar bermodus penarikan kredit modal kerja berbekal dokumen purchase order (PO) fiktif, lewat perusahaan miliknya PT Rockit Aldeway. Perusahaan ini merupakan produsen batu split.Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Tipideksus) Bareskrim Mabes Polri menyebut, dari total dana yang ditilap Harry, sebanyak Rp 398 miliar merupakan duit bank pelat merah, dan Rp 438 milik bank swasta. Harry sendiri sudah dibekuk. Tim Bareskrim berhasil membekuknya di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta."Suasananya tegang, karena yang bersangkutan terkejut atas upaya paksa yang kita lakukan. Dia berdalih masalahnya sudah diselesaikan disidang penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU)," kata Agung Setya, Direktur Tipideksus Bareskrim Polri saat ditemui KONTAN di kantornya, Rabu (15/3).
Tak banyak yang mengenal sosok Harry. Posisi terakhir dia adalah direktur utama dan juga pemegang 99% saham Rockit. Sisa saham 1% dipegang Dewi Suganda, wanita berusia 46 tahun yang juga Komisaris Rockit. Dari dokumen yang dimiliki KONTAN, Dewi tercatat menyandang gelar S1 dari Universitas La Trobe, Melbourne Australia. Sementara Harry merupakan alumnus University of Massachusettsat Amherst. Karier di sektor keuangan pun telah Harry lakoni. Sejak 1996-2002, Harry berkarier di HSBC Indonesia. Berbagai jabatan mulai dari corporate dealer treasury hingga manager fixed income & forex sales, pernah diembannya. Maka tak heran jika aksi yang dijalankan Harry membobol tujuh bank berjalan mulus.