Titan Terapkan Teknik Baru Pengelolaan Limbah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bara Anugrah Sejahtera (BAS) terus melakukan inovasi dalam pengelolaan air limbah penambangan. Beberapa waktu lalu, anak usaha Titan Grup ini bersama PT Panca Sriwijaya Environment telah melakukan ujicoba pengolahan limbah tambang terbaru yang diberi nama “Teknologi Sumsel Berkelanjutan 1”. 

Aris Study Palimbunga selaku Kepala Teknik Tambang (KTT) BAS mengungkapkan, pada pengujian ini sudah mendapatkan hasil pengukuran air yang keluar dari pintu air kolam penampungan awal sebesar 5 milligram per liter kemudian dilanjutkan pada pintu air Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) sebesar 10 milligram per liter.

Hasilnya? Aris mengklaim uji coba berhasil dengan sangat baik. “Hasilnya sangat bagus. Karena standar yang ditetapkan oleh pemerintah, sebesar 300 miligram per liter,” ungkapnya, gembira.


BAS sejatinya sudah melakukan uji coba ini sejak Maret silamudah kita lakukan pada awal bulan Maret 2022. Namun, kala itu, uji coba baru pada skala kecil dengan hasil ujicoba terbilang memuaskan. Karena itu, uji coba selanjutnya pada skala lebih besar dengan memperbesar kolam penampungan berkapasitas 5.000 meter kubik, sebanyak dua kolam

Baca Juga: Bos Titan Beberkan Kronologi Masalah Pinjaman ke Kreditur Sindikasi

Menurut Mauliarosalina, Penanggung Jawab Operasi (PJO) Panca Sriwijaya Environment, teknologi pengolahan air limbah ini merupakan teknologi yang pertama kali diterapkan di Sumatera Selatan.

Dia menjelaskan, pada awalnya, tingkat “Total Suspended Solid (TSS)” yang dihasilkan dari sisa penambangan perusahaan sebesar 10.000 miligram. Caranya, proses pengolahan air sisa penambangan yang berada di kolam penampungan kemudian dialirkan dengan pemberian campuran koagulan dan flokulan serta penetral keasaman. Dengan campuran tiga bahan itu, air dan lumpur sisa penambangan akan menggumpal dan menghasilkan sisa air dengan kondisi baik dan ber- TSS rendah.

Selanjutnya, lumpur yang sudah terikat pada kolam penampungan pertama akan dipompakan ke kantung berukuran besar (dewatering bag) yang berfungsi memadatkan lumpur dan mengeluarkan sisa air yang telah disaring  dari kantung tersebut. Sementara lumpur yang terendap di kantung tersebut dapat digunakan sebagai media tanam setelah dilakukan pengendapan kurang lebih selama dua hingga tiga bulan.

“Harapannya, ke depan teknologi ini ini bisa menjadi solusi yang baik dan tepat dalam pengolahan air limbah menjadi air bersih,” kata Direktur BAS Natal Lumban Toruan dalam keterangan persnya, Kamis (21/7).

Natal menambahkan, sejak BAS beroperasi telah melakukan pengolahan air limbah secara konvensional dan setelah menemukan metode ini mereka mengharapkan pengelolaan air limbah menjadi lebih baik dan lebih efektif sehingga meningkatkan produktivitas dan tentunya selalu mengikuti teta Kelola pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto