Terdorong keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, Titin Agustina mengajak warga di sekitar tempat tinggalnya untuk membuat kerajinan kain perca. Ia juga memberikan pelatihan kepada tahanan wanita di Lapas Sukamiskin, Bandung. Upaya ini sudah dilakukan Titin sejak tahun 2009.Keterampilan merupakan salah satu modal untuk maju. Itulah yang dilakukan oleh Titin Agustina, 30 tahun, asal Bukit Ligar, Bandung, Jawa Barat. Berbekal keterampilan membuat kerajinan kain perca, ia terdorong untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Di bawah bendera usaha Kraviti by Perca-Perca, Titin mengajak para tetangga rumahnya untuk membuat kerajinan kain perca. Upaya ini mulai dirintis Titin tak lama setelah menggeluti usaha ini pada tahun 2009. "Saya memberikan pelatihan dan pengetahuan bagaimana cara menyambung potongan-potongan kain menjadi satu secara manual," kata wanita yang akrab disapa Tina ini. Keinginan memberdayakan warga sudah muncul jauh sebelum Tina mendirikan Kraviti by Perca-Perca. Ia melihat, masyarakat sekitar tempat tinggalnya banyak yang butuh pekerjaan. Namun, mereka tidak memiliki keahlian. Makanya, ia terdorong untuk memberikan pelatihan bagi mereka yang mau dan memiliki kemampuan. Pelatihan itu diantaranya mencakup pelajaran menjahit sambungan antara satu potongan kain dengan potongan lain. Agar menarik, sambungan kain juga harus didesain. Proses menjahitnya pun harus dilakukan manual agar nilai artistiknya tetap menonjol.Berkat usaha ini, Tina berhasil memberdayakan sejumlah warga. Banyak tetangga dia kini memiliki keterampilan menjahit dan menyulam kain perca menjadi aneka produk, seperti bed cover, tas, sarung bantal, tutup galon, taplak kulkas, dan sajadah. Seluruh kerajinan kain perca ini berbahan dasar potongan kain batik sisa pabrik. Untuk pemasaran warga tak perlu pusing lagi. Sebab, seluruh kerajinannya dibeli oleh Tina. Di pasaran, Tina membanderol produk ini mulai Rp 150.000-Rp 1 juta per buah. Dari usaha ini, Tina bisa meraup omzet sekitar Rp 30 juta per bulan, dengan laba bersih di atas 10%. Selain masyarakat sekitar, Tina juga memberikan pelatihan kepada para tahanan wanita di lembaga pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Bandung. Lewat program Organisasi Junior Chamber Internasional (JCI) Chapter Bandung, Tina menjalin kerjasama dengan Lapas sejak tahun 2012. Keinginannya memberdayakan tahanan wanita ini bukan tanpa sebab. "Saya melihat sebagian besar tahanan wanita tidak memiliki keterampilan," ujarnya. Ia pun terdorong untuk memberikan pelatihan. Saat ini, kata Tina, sudah ada tiga tahanan wanita yang berhasil membuat kerajinan kain perca dengan kualitas baik. Adapun yang lain masih dalam proses pelatihan dan mengembangkan keahlian. "Kami tidak memaksa, hanya yang mau yang kami berikan pelatihan," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Titin berdayakan warga lewat kain perca
Terdorong keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, Titin Agustina mengajak warga di sekitar tempat tinggalnya untuk membuat kerajinan kain perca. Ia juga memberikan pelatihan kepada tahanan wanita di Lapas Sukamiskin, Bandung. Upaya ini sudah dilakukan Titin sejak tahun 2009.Keterampilan merupakan salah satu modal untuk maju. Itulah yang dilakukan oleh Titin Agustina, 30 tahun, asal Bukit Ligar, Bandung, Jawa Barat. Berbekal keterampilan membuat kerajinan kain perca, ia terdorong untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Di bawah bendera usaha Kraviti by Perca-Perca, Titin mengajak para tetangga rumahnya untuk membuat kerajinan kain perca. Upaya ini mulai dirintis Titin tak lama setelah menggeluti usaha ini pada tahun 2009. "Saya memberikan pelatihan dan pengetahuan bagaimana cara menyambung potongan-potongan kain menjadi satu secara manual," kata wanita yang akrab disapa Tina ini. Keinginan memberdayakan warga sudah muncul jauh sebelum Tina mendirikan Kraviti by Perca-Perca. Ia melihat, masyarakat sekitar tempat tinggalnya banyak yang butuh pekerjaan. Namun, mereka tidak memiliki keahlian. Makanya, ia terdorong untuk memberikan pelatihan bagi mereka yang mau dan memiliki kemampuan. Pelatihan itu diantaranya mencakup pelajaran menjahit sambungan antara satu potongan kain dengan potongan lain. Agar menarik, sambungan kain juga harus didesain. Proses menjahitnya pun harus dilakukan manual agar nilai artistiknya tetap menonjol.Berkat usaha ini, Tina berhasil memberdayakan sejumlah warga. Banyak tetangga dia kini memiliki keterampilan menjahit dan menyulam kain perca menjadi aneka produk, seperti bed cover, tas, sarung bantal, tutup galon, taplak kulkas, dan sajadah. Seluruh kerajinan kain perca ini berbahan dasar potongan kain batik sisa pabrik. Untuk pemasaran warga tak perlu pusing lagi. Sebab, seluruh kerajinannya dibeli oleh Tina. Di pasaran, Tina membanderol produk ini mulai Rp 150.000-Rp 1 juta per buah. Dari usaha ini, Tina bisa meraup omzet sekitar Rp 30 juta per bulan, dengan laba bersih di atas 10%. Selain masyarakat sekitar, Tina juga memberikan pelatihan kepada para tahanan wanita di lembaga pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Bandung. Lewat program Organisasi Junior Chamber Internasional (JCI) Chapter Bandung, Tina menjalin kerjasama dengan Lapas sejak tahun 2012. Keinginannya memberdayakan tahanan wanita ini bukan tanpa sebab. "Saya melihat sebagian besar tahanan wanita tidak memiliki keterampilan," ujarnya. Ia pun terdorong untuk memberikan pelatihan. Saat ini, kata Tina, sudah ada tiga tahanan wanita yang berhasil membuat kerajinan kain perca dengan kualitas baik. Adapun yang lain masih dalam proses pelatihan dan mengembangkan keahlian. "Kami tidak memaksa, hanya yang mau yang kami berikan pelatihan," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News