TJP bangun 800 unit apartemen mahasiswa di Bandung



JAKARTA. Prospek hunian vertikal atau apartemen untuk mahasiswa tampaknya semakin menjanjikan. Tak heran banyak pengembang mulai masuk menjaring cuan ke segmen ini. Salah satunya adalah Trias Jaya Propertindo (TJP).

Trias Jaya Propertindo berencana meluncurkan apartemen mahasiswa di kawasan Jatinangor Bandung pada pertengahan tahun ini. Pengembang yang berpusat di kota Batam ini akan membangun dua tower apartemen di atas lahan seluas 6.000 meter persegi (m2) bertajuk Granada Apartemen.

Djaja Roeslim, Presiden Director TJP mengatakan pihaknya akan membangun 800 unit apartemen dalam dua tower yang akan dilego dengan harga muali Rp 250 jutaan. "Kita akan luncurkan satu tower dulu sekitar 400 unit untuk tahap pertama, " katanya pada KONTAN, Rabu (12/4) lalu.


Adapun investasi yang disiapkan untuk pengembangan dua menara apartemen tersebut mencapai sekitar Rp 200 miliar. Djaja menilai pasar apartemen mahasiswa masih sangat bagus di Bandung meskipun kompetitornya sudah cukup banyak. Itu sebabnya, TJP berani masuk ke segmen tersebut.

Adapun pengembangan kedua menara apartemen tersebut merupakan bagian dari proyek mixed use yang akan dikembangkan Trias Jaya Propertindo di Jatinangor. Di sana, perusahaan memiliki total landbank atau cadangan lahan seluas 2 hektare (ha) yang akan dikembangkan dalam jangka empat tahun ke depan. Nantinya, di sana akan dilengkapi dengan sarana komersial.

Selain mengembangkan proyek baru, TJP akan terus melanjutkan penjualan proyek-proyek eksisting mereka yang ada di Batam. Perusahaan tercatat memiliki sejumlah proyek perumahan di sana seperti Putra Jaya Residence, Cactus Garden, Grand BSI, Puri Asri, Valley Park. Tak hanya perumahan, TJP juga mengembangkan proyek rumah toko (ruko) seperti ruko Tembesi Point Ruko Putra Jaya, Ruko Gajah MadaSquare, Niaga Mas 2, Grand Niaga Mas, Citra Nusa Niaga (CNN).

Djaja mengatakan, tahun ini pihaknua menargetkan mencetak marketing sales atau pra penjualan sebanyak 500 unit dan belum termasuk didalamnya proyek baru. Target tersebut sama dengan target tahun lalu, namun perlu diketahui perusahaan tidak bisa mencapai target tahun lalu. "Penjualan tahun lalu hanya 300 unit, turun 40% dari tahun sebelumnya karena tantangannya yang cukup berat. " kata Djaja.

Djaja menjelaskan, penjualan properti tahun lalu mengalami penurunan di Batam karena kondisi ekonomi yang melambat dan sulitnya aturan lokal. yang ada di sana. "Persoalan antara BP Batam dan Pemda Batam saat ini semakin rumit,” paparnya.

Dengan kisruh antara keduanya yang hingga saat ini belum bisa diselesaikan otomatis membuat industri properti slow down.

Sementara proyek recurring yang dikembangkan TJP adalah hotel dan resort. Perusahaan ini memiliki Gili Air Lagoon Resort yang mulai beroperasi pada awal Juli 2015. Penginapan yang saat ini berkapasitas 17 villa itu dikelola oleh Platinum Hotel Management, operator hotel penanaman modal asing (PMA) asal Australia.

Sementara di Bali, TJP memiliki hotel Fox Harris bintang empat sebanyak 125 kamar. Hotel yang dioperasikan Tauzia tersebut mulai beroperasi pada September 2016.

"Tingkat okupansi yang di Lombok selalu di atas 70%. Namun yang di Bali baru 40% karena masih baru dan persaingan hotel di sana juga berat. Tapi kita harapkan akhir tahun sudah bisa mencapai 40%." Tandas Djaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto