TKI Hong Kong berdemo tidak bisa nyoblos pilpres



JAKARTA. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menyambut antusias pelaksanaan pemilihan presiden di sejumlah negara tujuan. Namun, untuk proses pemungutan suara di Hong Kong sempat muncul masalah karena ribuan pekerja migran terancam kehilangan hak suara.

Dalam siaran pers Migrant CARE, Minggu (6/7/2014) disebutkan bahwa hingga malam ini pukul 19.00 waktu Hong Kong, ribuan TKI berdemonstrasi di tempat pemungutan suara (TPS) Victoria Park menuntut agar bisa mencoblos.

Para TKI itu tidak bisa memperoleh hak pilih karena tidak terdaftar. Pada saat yang sama, waktu sewa TPS di Victoria Park telah habis, sedangkan yang belum memilih masih membludak. Migrant CARE menyebutkan hingga siaran pers dikirim, proses negosiasi masih berlangsung.


"Migrant CARE mendesak kepada PPLN Hong Kong dan KPU untuk memfasilitasi buruh migran yang belum memilih untuk dapat menggunakan hak konstitusionalnya untuk memilih," tulis lembaga tersebut.

Lembaga itu mencatat terjadi peningkatan jumlah pemilih yang signifikan di Hong Kong. Dari 13 TPS yang disediakan KJRI di Victoria Park, jumlah pemilih mencapai 23.863 orang. Angka ini meningkat 3 kali lipat dibandingkan jumlah pemilih ketika Pileg yang hanya mencapai 6.973 orang.

Dari peningkatan jumlah tersebut, masih akan dikompilasi dengan suara buruh mgran yang memilih melalui pos dan drop box yang kenaikannya diperkirakan juga signifikan.

Sementara itu pelaksanaan pemungutan suara di Malaysia dilaporkan, dari pemilih di 60 TPS di KBRI Kualalumpur dan SIKL yang berlangsung pada hari Sabtu, 5 Juli 2014, pemilih mencapai 8.968 orang. Jumlah ini naik hampir 95 persen jika dibandingkan dengan jumlah pemilih di TPS-TPS di Kuala Lumpur pada Pemilu legislatif yang hanya sekitar 5.300 pemilih.

Untuk pelaksanaan di Singapura, dari 36 TPS yang disediakan oleh KBRI, jumlah pemilih mencapai 22.170 orang. Jumlah ini naik sekitar 95 persen dari pemilu legislatif 2014 yang lalu.

Migrant CARE juga mencatat antusiasme pemilih tidak hanya terlihat dari sisi jumlah, tetapi juga kebergaman pemilih yang terdiri dari PRT migran, orang lanjut usia, ibu dengan bayi, ibu hamil, difabel, mahasiswa Indonesia ABK, dan orang sakit.

"Secara khusus, Migrant CARE memberi apresiasi kepada PPLN Singapura dan KBRI Singapura yang berhasil menyelenggarakan pemungutan suara Pilpres 2014 dengan sistem pendataan barcode," lanjut Migrant CARE.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa