KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai calon petahana, pasangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) dan calon wakil presiden Ma'aruf Amin akan condong meneruskan pekerjaan yang telah ada dalam bidang pangan dan sub-sektor pertanian. Arif Budimanta, juru bicara dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'aruf menyampaikan, pasangan calon ini akan melanjutkan banyak program-program yang tengah berjalan dan menyelesaikannya hingga tenggat waktu yang diharapkan. Salah satu program kerja besar yang masih dikerjakan dan akan terus dilanjutkan dalam bidang pangan dan pertanian adalah Reformasi Agraria. Pasalnya, redistribusi aset tanah atau lahan di kawasan hutan yang belum diberdayakan sejatinya bisa ditingkatkan.
Salah satu rencana kerjanya adalah melakukan percepatan pelaksanaan redistribusi aset tanah dan Perhutanan Sosial yang tepat sasaran dan berpeluang besar bagi masyarakat. Kemudian dari sisi petani, rencana kerjanya adalah mendorong konsep agrobisnis dalam komunitas tani. "Sehingga terjadi konsolidasi kelompok tani yang lebih besar dan memiliki daya saing kuat," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (11/2). Sedangkan dalam sektor komersial pangan, Budiman menyatakan pasangan calon ini akan kembali fokus pada pelaksanaan program Bantuan Pangan Non Tunai yang akan kembali diperluas secara bertahap. Tak hanya pertanian, tapi sektor perikanan juga akan didorong melakukan kegiatan pembudidayaan yang lebih produktif dan berkelanjutan. Salah satu konsep yang akan dikembangkan adalah budidaya perikanan laut lepas alias
offshore aquaculture. Melalui konsep ini maka produktivitas sektor perikanan bisa meningkat, apalagi Indonesia kerap dikenal sebagai eksportir produk kelautan yang mumpuni. Maka dengan pengembangan budidaya ikan laut, maka stok yang berkelanjutan dan pasti bisa didapatkan. Hal ini menurut Budiman bisa menjadi kunci untuk memperkuat pangsa Indonesia dalam persaingan ikan di pasar internasional. Kemudian tak hanya pada sisi produksi, tapi juga pada sisi manufaktur terdapat roadmap pengembangan industri 4.0 dimana sektor pangan menjadi salah satu bagian strategis yang akan dikembangkan. Namun bidang pangan sendiri tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan dari sisi manufaktur industri dan jaringan perhubungan. "Maka kami akan terus menciptakan keterkaitan industri, baik ke depan maupun ke belakang melalui sinergi dengan seluruh pelaku ekonomi nasional," katanya. Revolusi untuk pangan sendiri akan difokuskan pada sisi pengolahan terutama dalam sektor pascapanen. Hal ini akan difokuskan pada sektor tanaman hortikultura hingga pada perkebunan dengan terus memperkenalkan infrastruktur maupun teknologi terbaru. Memang dalam masa pemerintahan Jokowi, pertanian Indonesia sempat melakukan gebrakan dengan mengoptimalkan lahan rawa menjadi lahan sawah. Tahun ini sendiri ditargetkan akan ada konversi lahan seluas 500.000 hektar di luar pulau Jawa dan menjadi bagian dari komitmen pemerintah inkumben untuk melakukan pemerataan alias menjauh dari stigma pemerintah Java-sentris. Ari Kuncoro, ekonom Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa dalam rencana kerja pasangan ini relatif memang melanjutkan program yang telah ada. Dalam pelaksanaan BPNT, mekanisme distribusi harus diperbaiki dan dipastikan tepat sasaran, lokasi dan waktu. Apalagi distribusi dan transportasi bahan pangan ke titik-titik warung perantara dan ke penerima manfaat harus dibina agar tidak terjadi kecurangan.
Namun ia melihat bahwa konsep bantuan pada masyarakat miskin tetap membutuhkan bentuk gabungan tunai dan non-tunai. "Sebaiknya mereka mengintegarikan sistem raskin dan Badan Usaha Milik Desa ini ke dalam program pertanian, agar solusi jadi terpadu," katanya. Kemudian di sisi produksi, Ari melihat tantangan kubu ini adalah berusaha mendorong pembangunan masyarakat desa yang berbasis panen dan integrasi. Pengembangan dan pelatihan teknologi akan menjadi tantangan besar bagai masyarakat pedesaan. Sehingga posisi akademisi dan profesional penyuluhan bakal perlu didorong bila pemerintah memang ingin menutup kesenjangan dalam produksi dan teknologi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto