JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) akhirnya mengakui minatnya terhadap PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Raksasa telekomunikasi di Indonesia ini tengah menjajaki penggabungan unit bisnisnya berbasis code division multiple access (CDMA) bermerek Flexi dengan produk sejenis milik BTEL, Esia. Ternyata, pembicaraan itu sudah berlangsung sejak tahun lalu." Masih saling menjajaki, pembicaraan serius tentunya," kata Direktur Keuangan TLKM, Sudiro Asno, di Jakarta, kemarin. Namun, hingga kini perusahaan halo-halo itu mengaku belum mengambil keputusan apa pun. "Belum ada keputusan apa-apa, hanya lirik-lirikan," imbuhnya. Sudiro mengaku, Telkom tidak menargetkan kapan kesepakatan harus tercapai. Selain itu, bentuknya belum disepakati: apakah akuisisi atau merger. Toh, Telkom masih membuka diri untuk merger dengan operator telekomunikasi lainnya. Pengakuan Sudiro itu hanya mempertegas kabar yang berkembang selama ini. Sebelumnya, sumber KONTAN pernah membisikkan Telkom dan BTEL terlibat pembicaraan untuk menggabungkan bisnis telepon CDMA-nya. Tujuannya, mengurangi beban biaya operasional kedua perusahaan. Maklum, setiap operator telepon berbasis CDMA bisa beroperasi efisien jika memiliki 25 juta pelanggan. Asal tahu saja, Flexi menargetkan memiliki sekitar 13 juta pelanggan hingga akhir tahun ini. Sedangkan Esia optimistis mengoleksi 10 juta pelanggan. Nah, kabarnya, yang masih mengganjal adalah bentuk penggabungan kedua usaha itu. Skenario akuisisi sulit terjadi lantaran masing-masing pihak ingin menjadi pengendali. "Tapi kemungkinan Telkom mau minoritas dengan kepemilikan 49% saham," kata sumber tadi. Sedangkan Kepala Riset Financorpindo Nusa, Edwin Sebayang berpendapat, sebaiknya TLKM menguasai saham mayoritas pada gabungan dua bisnis itu. Bila jadi pemilik minoritas, tentu sulit bagi Telkom menentukan arah dan kebijakan anak usaha tersebut. Nama besar Grup Bakrie di belakang BTEL, tidak serta merta menjadi jaminan seluruh kebutuhan pendanaan perusahaan gabungan itu kelak akan terpenuhi. "Apalagi saat ini bisnis telekomunikasi memerlukan dana yang tidak sedikit untuk menyediakan infrastrukturnya," imbuh Edwin. Capex US$ 2 miliar Dalam kesempatan yang sama, Sudiro menyatakan, bisnis seluler masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan TLKM di kuartal ketiga 2009. Anak usahanya, PT Telkomsel diharapkan membukukan pertumbuhan pendapatan tahun ini sekitar 9%-10% dibandingkan 2008. "Karena pelanggan seluler tumbuh 32%," imbuhnya. Sedangkan anggaran belanja modal (capex) TLKM tahun depan sebesar US$ 2 miliar. Sebanyak 70% dialokasikan untuk Telkomsel dan sisanya buat Grup Telkom. "Kami perkirakan capex 2010 sama dengan tahun lalu, walaupun pendanaannya belum sepenuhnya selesai," tukas Sudiro.
TLKM Jajaki Merger Flexi dengan Esia
JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) akhirnya mengakui minatnya terhadap PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Raksasa telekomunikasi di Indonesia ini tengah menjajaki penggabungan unit bisnisnya berbasis code division multiple access (CDMA) bermerek Flexi dengan produk sejenis milik BTEL, Esia. Ternyata, pembicaraan itu sudah berlangsung sejak tahun lalu." Masih saling menjajaki, pembicaraan serius tentunya," kata Direktur Keuangan TLKM, Sudiro Asno, di Jakarta, kemarin. Namun, hingga kini perusahaan halo-halo itu mengaku belum mengambil keputusan apa pun. "Belum ada keputusan apa-apa, hanya lirik-lirikan," imbuhnya. Sudiro mengaku, Telkom tidak menargetkan kapan kesepakatan harus tercapai. Selain itu, bentuknya belum disepakati: apakah akuisisi atau merger. Toh, Telkom masih membuka diri untuk merger dengan operator telekomunikasi lainnya. Pengakuan Sudiro itu hanya mempertegas kabar yang berkembang selama ini. Sebelumnya, sumber KONTAN pernah membisikkan Telkom dan BTEL terlibat pembicaraan untuk menggabungkan bisnis telepon CDMA-nya. Tujuannya, mengurangi beban biaya operasional kedua perusahaan. Maklum, setiap operator telepon berbasis CDMA bisa beroperasi efisien jika memiliki 25 juta pelanggan. Asal tahu saja, Flexi menargetkan memiliki sekitar 13 juta pelanggan hingga akhir tahun ini. Sedangkan Esia optimistis mengoleksi 10 juta pelanggan. Nah, kabarnya, yang masih mengganjal adalah bentuk penggabungan kedua usaha itu. Skenario akuisisi sulit terjadi lantaran masing-masing pihak ingin menjadi pengendali. "Tapi kemungkinan Telkom mau minoritas dengan kepemilikan 49% saham," kata sumber tadi. Sedangkan Kepala Riset Financorpindo Nusa, Edwin Sebayang berpendapat, sebaiknya TLKM menguasai saham mayoritas pada gabungan dua bisnis itu. Bila jadi pemilik minoritas, tentu sulit bagi Telkom menentukan arah dan kebijakan anak usaha tersebut. Nama besar Grup Bakrie di belakang BTEL, tidak serta merta menjadi jaminan seluruh kebutuhan pendanaan perusahaan gabungan itu kelak akan terpenuhi. "Apalagi saat ini bisnis telekomunikasi memerlukan dana yang tidak sedikit untuk menyediakan infrastrukturnya," imbuh Edwin. Capex US$ 2 miliar Dalam kesempatan yang sama, Sudiro menyatakan, bisnis seluler masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan TLKM di kuartal ketiga 2009. Anak usahanya, PT Telkomsel diharapkan membukukan pertumbuhan pendapatan tahun ini sekitar 9%-10% dibandingkan 2008. "Karena pelanggan seluler tumbuh 32%," imbuhnya. Sedangkan anggaran belanja modal (capex) TLKM tahun depan sebesar US$ 2 miliar. Sebanyak 70% dialokasikan untuk Telkomsel dan sisanya buat Grup Telkom. "Kami perkirakan capex 2010 sama dengan tahun lalu, walaupun pendanaannya belum sepenuhnya selesai," tukas Sudiro.