jakarta. PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk berharap proses penggabungan dua anak usaha, PT Bongkar Muat Olah Jasa Trisari Andal dan PT Escorindo Stevedoring, bisa cepat selesai. Kedua perusahaan itu bergerak di bidang jasa bongkar muat. Saat ini, penggabungan dua anak usaha itu masih dalam proses perizinan otoritas pasar modal. "Kami harap (proses peleburan) bisa selesai tahun ini," ujar Fredy Suwandi, Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Pelayaran Tempuran Emas kepada KONTAN, Sabtu (18/5). PT Escorindo Stevedoring adalah perusahaan yang baru diakuisisi. TMAS membeli 99,7% saham Ecorindo, pada tanggal 31 Januari 2013, senilai Rp 4,98 miliar. Escorindo merupakan perusahaan bongkar muat (PBM) terseleksi versi Pelindo II.
Selama ini, Jasa Trisari bukan merupakan PBM terseleksi. Akibatnya, perusahaan ini kerap kesulitan dalam melakukan kegiatan usaha. Nah, dengan adanya Escorindo, manajemen TMAS berharap, mereka bisa mendulang fulus lebih besar dari bisnis bongkar muat. Berharap investor baru Kendati sudah mendapat lisensi baru, TMAS belum berani memasang target lebih. Fredy bilang, kontribusi jasa bongkar muat TMAS tahun ini masih di kisaran yang sama dengan tahun lalu. Mengutip laporan keuangan TMAS per akhir 2012, pendapatan dari jasa bongkar muat sekitar Rp 255,28 miliar. Sementara, total pendapatan perusahaan pelayaran ini mencapai Rp 1,08 triliun. Dengan demikian, porsi pendapatan jasa bongkar muat mencapai 23,5% dari total pendapatan TMAS. Adapun, di kuartal I-2013, porsi dari bisnis ini meningkat menjadi 35,89%. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pendapatan di sektor ini meningkat signifikan. Hingga akhir Maret lalu, TMAS mengantongi pendapatan hingga Rp 116,11 miliar. Sedangkan di kuartal I-2012, nilainya hanya Rp 38,79 miliar. Tahun ini, TMAS menargetkan pendapatan naik menjadi Rp 1,3 triliun. Dengan asumsi porsi pendapatan bongkar muat sama seperti tahun lalu, dari sektor ini, perusahaan ini bisa menjaring fulus hingga Rp 305,5 miliar. Fredy berharap, setelah peleburan anak usaha terealisasi, bisnis ini bisa menjadi salah satu andalan TMAS. "Kami berharap, ke depan, anak usaha bongkar muat bisa mandiri," kata Fredy. Artinya, anak perusahaan ini bisa mendanai operasional sendiri. Strategi memperkuat bisnis bongkar muat ini dikabarkan merupakan langkah TMAS untuk menggaet investor baru. Namun, Fredy belum mau blak-blakan mengenai hal tersebut. "Kita welcome kalau ada investor yang mau masuk," tuturnya. Namun, lanjut dia, saat ini, pihaknya fokus untuk memperkuat bisnis secara keseluruhan.
Kabar akan adanya investor baru di jajaran pemegang saham TMAS bukan cerita baru. Tahun lalu, TMAS berencana menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau yang lazim disebut rights issue. Langkah ini ditengarai merupakan jalan masuk calon investor baru itu. Namun, aksi ini batal dilakukan. Fredy mengaku, jika ada investor yang akan masuk, mekanisme yang akan dilakukan adalah rights issue. Hingga kuartal I-2013, TMAS mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 3,63 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi kemerosotan yang drastis. Pasalnya, di tiga bulan pertama 2012, TMAS bisa mengantongi laba bersih Rp 32,7 miliar. Salah satu penyebabnya adalah beban pajak penghasilan yang membengkak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News