JAKARTA. Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Andika Perkasa mengatakan, tank Leopard yang dibeli TNI AD tidak akan merusak jalan yang ada di Indonesia. Menurutnya, kualitas jalan yang dibangun pemerintah telah memenuhi spesifikasi standar kebutuhan jalan yang dapat dilalui tank tersebut. "Tank Leopard sangat memenuhi syarat penggunaan jalan Kelas I dan Kelas II di Indonesia sesuai (ketentuan yang diatur di dalam) Perda Muatan Sumbu Terberat," kata Andika melalui keterangan yang diterima Kompas.com, Minggu (30/3). Ia menjelaskan, Leopard memang memiliki berat mencapai 60 ton. Namun, tekanan jejak pada tanah yang dihasilkan tank tersebut hanya sebesar 8,9 ton/M2. Sementara, tekanan jejak yang dapat ditahan oleh jalan Kelas I dan Kelas II bisa lebih dari 8 ton/M2.
Lebih jauh, ia mengatakan, jika beban terbagi rata tank Leopard pada jembatan Kelas A dan Kelas B hanyalah sebesar 2.38 kNm2. Pada umumnya, jembatan di Indonesia beban terbagi rata yang dapat ditahan mencapai 4.46 kN/m2 untuk jembatan dengan lebar 6 meter dan panjang 40 meter. "Tank Leopard juga mampu bermanuver off road di permukaan berlumpur dan di permukaan sungai hingga kedalaman 4 meter," ujarnya. Andika menambahkan, saat ini setidaknya ada 140 negara yang menggunakan MBT (Main Battle Tank) dengan 65 jenis yang berbeda. Khusus tank Leopard, setidaknya ada 20 negara yang kini menggunakannya, seperti Australia, Austria, Brazil, Canada, Chili, Denmark, Finlandia, Jerman, Yunani, Indonesia, Italia, Lebanon, Norwegia, Polandia, Portugal, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, dan Turki. "Dari 20 negara tersebut, hanya tiga negara yang memiliki wilayah padang pasir. Sebanyak 85 persen dari negara-negara tersebut tidak memiliki padang pasir," tandasnya. Ia mengungkapkan, 103 unit tank Leopard yang dibeli TNI AD akan segera didistribusikan. Setidaknya ada lima tempat yang akan dijadikan sebagai tempat penyimpanan tank tersebut, yaitu Batalyon Kavaleri 1 Kostrad, Cijantung (41 unit), Batalyon Kavaleri 8 Kostrad, Pasuruan (41 unit), Pusat Pendidikan Kavaleri, Padalarang (4 unit), Kompi Kavaleri CAMB, Sentul (15 unit), dan Kompi Kavaleri Pusat Latihan Pertempuran, Baturaja (4 unit). "Dari kebutuhan 103 garasi tank Leopard, 82 di antaranya sudah selesai dibangun di berbagai lokasi tersebut. Sisanya akan diselesaikan tahun 2014," katanya. Diberitakan sebelumnya, Habibie mengkritik keputusan Kementerian Pertahanan membeli tank Leopard. Menurut dia, tank Leopard tak cocok sebagai alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia. "Kita impor tank Leopard itu untuk apa? Itu kan untuk negara padang pasir, bukan negara maritim," papar Habibie di Jakarta, Rabu (26/3/2014).
"Skenario perang berubah. Sekarang pembuat tank itu mencari orang yang mau bayar besi tuanya. Pakai dong otaknya," ujar Habibie. Terlebih lagi, lanjut dia, tank tersebut memiliki berat mencapai 60 ton. Alat seberat itu, menurut Habibie, tidak akan cocok dioperasikan di Indonesia. "Belum tentu bisa lewat jembatan, tidak kuat nanti jembatannya. Dan, saya dengar akan datang langsung 120 (buah), mau taruh di mana?" ujarnya. Habibie meyakini Kementerian Pertahanan sudah mengetahui kondisi- kondisi teknis itu. Namun, menurut dia, Kemenhan sepertinya lebih mementingkan unsur ekonomi dibandingkan unsur teknis dari pembelian tank itu. (Dani Prabowo) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri