Toba Bara lebarkan sayap ke bisnis setrum



JAKARTA. PT Toba Bara Sejahtra Tbk mencatatkan penjualan 5,7 juta ton batubara tahun lalu. Volume penjualan itu menyusut 10,94% ketimbang realisasi penjualan tahun 2015. Lebih dari 80% penjualan batubara tahun 2016 menyasar pasar ekspor.

Penjualan batubara dengan kandungan 5.600 kilo kalori (kkal) mencapai 53% dari total penjualan. Selebihnya berupa batubara aneka kandungan.

Kandungan batubara tertinggi yang Toba Bara jual, yakni 5.900 kkal. Namun porsinya hanya 4,6% terhadap total penjualan. "Kualitas 5.900 kkal biasanya untuk pasar Jepang, karena mereka sangat memprioritaskan sulfur rendah dan high cv (calorific value)," ujar Iwan Sanyoto, Head of Investor Relations PT Toba Bara Bara Sejahtra Tbk, Kepada KONTAN, Senin (3/4).


Penurunan volume penjualan batubara tahun 2016 berbanding lurus dengan kinerja keuangan. Penjualan dan pendapatan usaha Toba Bara tahun lalu turun 25,92% menjadi US$ 258,27 juta.

Adapun bottom line Toba Bara menurun hingga 75,44%. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih tercatat US$ 2,79 juta. Sementara laba bersih tahun 2015 tercatat sekitar US$ 11,36 juta.

Tahun ini, Toba Bara membidik target volume penjualan batubara relatif stagnan atau sama dengan tahun lalu. Meskipun tren harga batubara yang belakangan menyentuh US$ 80 per ton dan naik dibanding dengan tahun lalu.

Perusahaan pertambangan batubara ini pilih memproduksi batubara berdasarkan kontrak yang sudah didapat sejak semester II-2016. Tahun ini perusahaan tersebut akan menjaga volume penjualan 5,5 juta ton-6 juta ton batubara.

Tak heran kalau Toba Bara sudah mengantongi kesepakatan harga jual batubara dengan klien bisnis. "Kalau bicara untuk tahun 2017 itu (produksi) sudah terkontrak sebagian besar, sebagian besar (penjualan) sudah secure," terang Iwan.

Sembari menjalankan bisnis batubara, Toba Bara mengawal diversifikasi bisnis setrum. Mereka dalam tahap menuntaskan financial close atawa penyelesaian sumber pembiayaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sulbagut I berkapasitas 2x50 megawatt (MW).

Toba Bara menargetkan, urusan pembiayaan rampung pada semester I 2017. Selanjutnya, perusahaan berkode saham TOBA di Bursa Efek Indonesia tersebut bisa segera masuk tahap pembangunan pada semester II.

Pembangunan PLTU Sulbagut I berada di bawah PT Gorontalo Listrik Perdana. Komposisi saham perusahaan tersebut meliputi 80% Grup Toba dan 20% Shanghai Electric Power Construction Co Ltd.

Kisaran nilai investasi PLTU Sulbagut I antara US$ 170 juta sampai dengan US$ 220 juta. Sementara kontrak jual-beli listrik alias power purchase agreement (PPA) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berjangka waktu selama 25 tahun.

Toba Bara berharap, PLTU Sulbagut I bisa mendatangkan pendapatan tetap mulai tahun 2020. Targetnya, bisnis setrum bisa berkontribusi 50% terhadap total pendapatan perusahaan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini