Toba Bara Sejahtera (TOBA) kantongi restu rights issue dan stock split



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA) melakukan aksi korporasi berupa stock split dan mengeksekusi rights issue telah disetujui oleh mayoritas pemegang saham perusahaan.

Pasca Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan Rabu (15/5) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, TOBA akan terlebih dahulu melakukan stock split.

Setelahnya barulah perusahaan tambang itu akan melakukan rights issue. “Untuk rasio stock split sudah diputuskan dengan rasio 1:4,” kata Direktur TOBA Pandu Patria Sjahrir, Rabu (15/5). Aksi korporasi stock split itu disebut akan dilakukan pada akhir bulan Mei 2019 ini.


Sedangkan untuk rights issue, Pandu belum bisa menyebutkan kapan tanggal pasti hal tersebut akan dilaksanakan. “Kita masih menunggu pengurusan administrasi kepada Otoritas Jasa Keuangan dan pihak lain. Setelahnya baru bisa kita umumkan,” katanya.

Ia juga tidak merinci lebih lanjut mengenai harga rights issue yang akan dilakukan karena masih harus melakukan stock split terlebih dahulu. “Yang jelas akan berlaku efektif untuk 12 bulan,” kata Pandu.

Sedangkan untuk rights issue, Pandu hanya mengatakan hal tersebut masih sesuai dengan rencana. Dalam keterbukaan informasi yang dirilis dalam situs Bursa Efek Indonesia, TOBA disebut akan menerbitkan sejumlah 470 juta saham baru dengan nilai Rp 200 per saham. “Rencananya kami bisa mendapat 15% sampai 25%,” kata Pandu.

Pandu mengatakan dana hasil stock split dan rights issue itu akan digunakan TOBA untuk melakukan ekspansi tahun ini. “Di antaranya kita akan mengakuisisi beberapa perusahaan mining yang tidak terbatas pada batubara, dan ada kemungkinan untuk ekspansi pembangkit listrik,” jelas Pandu.

Pandu mengatakan dana alokasi akuisisi TOBA pada tahun ini diproyeksikan Pandu tidak akan berbeda jauh dari tahun lalu. “Alokasi akuisisi kami tahun lalu sekitar US$ 65 juta sampai US$ 70 juta. Tahun ini paling tidak akan beda jauh,” ungkapnya.

Selain jumlah alokasi dana, Pandu mengatakan ada prioritas lain yang coba dipertimbangkan. “Kita gak bisa akuisisi yang kecil. Katakanlah untuk pembangkit listrik atau batubara, paling tidak kapasitasnya sekitar 60 Mega watt sampai 80 Mega watt. Selain itu kami juga lihat potensi pendapatannya,” kata Pandu.

Meski begitu, Pandu menyebutkan kemungkinan realisasi akuisisi itu baru bisa dilakukan pada akhir tahun nanti.

Selain dari dua aksi korporasi tersebut, TOBA juga membuka kemungkinan untuk kembali menerbitkan global bonds dengan nilai sekitar US$ 200 juta pada tahun ini.

Meski begitu kemungkinan penerbitan obligasi tersebut masih dijajaki oleh perusahaan. “Bagi perusahaan, global bonds jadi alternatif instrumen pendanaan di tengah rencana ekspansi sepanjang tahun ini,” ungkap Pandu kepada awak media, Rabu (15/5).

Di tengah gencarnya ekspansi yang dilakukan perusahaan, maka pada RUPS kali ini TOBA sepakat tidak membagikan dividen. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga retained earnings perusahaan.

“Kami masih fokus ekspansi. Tahun ini ada proyek PLTU kami yang masih berjalan pembangunannya yaitu PLTU di Gorontalo, Sulawesi Utara,” kata Pandu.

Selain hasil yang telah disebutkan, pada kesempatan itu perusahaan juga melakukan pergantian komisaris perusahaan. Komisaris utama Jusman Syafii Djamal dan komisaris Cheong Tuck Keun resmi mengundurkan diri dari jajaran pejabat TOBA.

Sedangkan komisaris independen Bacelius Ruru mengisi pos komisaris utama. “Tidak ada rencana penambahan komisaris. Kami jalan dengan tiga orang komisaris yang tersisa,” tutup Pandu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto