Token Kripto Lokal Dinilai Lebih Cocok Untuk Trading Jangka Pendek



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai token buatan Indonesia makin hari makin membanjiri industri kripto. Salah satu yang dinilai cukup menjanjikan adalah NanoByte (NBT) yang mengusung token hybrid yang mengombinasikan Centralized Finance (CeFi) dan Decentralized Finance (DeFi). 

Token NBT yang didukung oleh Sinar Mas Group ini dibangun di atas ekosistem Binance Smart Chain (BSC) dan menggunakan standar BEP-20 dengan total suplai maksimal yang beredar sebanyak 10 miliar token. Token NBT hadir dengan tujuan yang berupaya untuk menjembatani aset kripto dengan produk keuangan konvensional FIAT money seperti e-money, kartu kredit, asuransi dan investasi lainnya.

Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir menyebut bahwa secara prospek NanoByte sebenarnya menarik dengan upanya untuk menjembatani teknologi aset kripto dengan keuangan mainstream. Hanya saja ia melihat tujuan mereka akan terhalang oleh regulasi yakni peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan menggunakan rupiah. 


Baca Juga: Melirik Peluang dari Token Kripto Lokal Buatan Indonesia

“Walaupun pada praktiknya bisa saja Nanobyte hanya memudahkan pemilik aset kripto sehingga mereka tidak perlu mencairkan dana mereka, langsung bisa digunakan sebagai rupiah dalam berbagai bentuk. Namun kembali lagi, kalau aset tersebut tersentralisasi, maka ada potensi terjadinya "pihak swasta mencetak uang",” kata Christopher kepada Kontan.co.id, Senin (14/3).

Terkait prospek token kripto Indonesia lainnya, Christopher meyakini semua akan tergantung kembali ke pengembangnya masing-masing. Namun, ia menyoroti terdapatnya beberapa proyek yang berjalan, namun proyek justru dijalankan oleh “bot” dan tidak ada pengguna real selain pengguna “army”. 

Menurut dia hal tersebut memang bisa dan sah-sah saja. Akan tetapi, secara jangka panjang justru tidak akan sehat untuk pengembangan token. 

Baca Juga: Investasi Ilegal Makin Marak, SWI: Jangan Lengah Cek Izin

Tapi di satu sisi, dia melihat token lokal jika digunakan sebagai instrumen trading jangka pendek bisa memberikan potensi yang menarik, apapun koinnya. Hanya saja, ia mengingatkan faktor paling utama yang harus diperhatikan investor adalah likuiditas koin tersebut. 

“Pastikan likuiditas transaksi itu minimal 1000x lipat dari modal yang kita masukkan untuk trading,” ujarnya. Dia menjelaskan, likuiditas tersebut maksudnya adalah kurang atau lebih dari 2% dari harga saat ini, terdapat berapa banyak dana yang tersedia dan dana yang siap menampung hasil penjualan nantinya. 

Misalnya, setelah dihitung, ternyata ketika likuiditas yang ada saat ini dikurangi 2% ternyata sebesar US$ 100.000, maka sebaiknya investor tidak berinvestasi lebih dari US$ 100. Hal ini guna memastikan, ketika investor hendak melakukan aksi jual, token tersebut bisa terjual dengan selisih seminimal mungkin dengan harga pasar saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati