Tokio Marine dan Capital Life masuk bisnis DPLK



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) kedatangan dua pemain baru. Mereka adalah DPLK Capital Life dan DPLK Tokio Marine Life Indonesia yang siap beroperasi tahun ini.

Wakil Perkumpulan DPLK Nur Hasan Kurniawan mengatakan, dengan kehadiran dua perusahaan itu maka kini total jumlah pelaku DPLK menjadi 25 perusahaan. Jumlah itu naik dari Agustus lalu, yang hanya terdiri 23 perusahaan.  

“Kedatangan dua perusahaan itu, berarti mereka melihat adanya peluang dan kesempatan dari industri DPLK. Maka kehadiran mereka bisa memberikan manfaat secara industri maupun perusahaan,” kata Hasan di Jakarta, kemarin.


Menurutnya, Tokio Marine mempunyai pangsa pasar sendiri, terutama membidik peserta DPLK dari perusahaan-perusahaan Jepang yang berada di Indonesia. Ia menilai perusahan Jepang di sini lebih percaya menggunakan perusahaan dana pensiun dari negara asalnya.

Senior Manager Head of Marketing Communications and Corporate Branding Tokio Marine Ferawati Gondokusumo membenarkan hal itu, bahwa perusahaan membidik 50 perusahaan Jepang di satu tahun pertama. Dari jumlah itu perusahaan berharap bisa mengumpulkan asets under management (AUM) sebesar Rp 500 miliar.

“Kami optimistis bisa memenuhi target itu, karena penetrasi DPLK di Indonesia masih rendah. Apalagi ada sekitar 1.500 perusahaan Jepang yang beroperasi di sini, dan kami membidik perusahaan Jepang lebih dulu kemudian ke perusahaan lain,” ungkapnya.

Rencananya, perusahaan dana pensiun asal Jepang ini akan resmi beroperasi di akhir tahun ini. Sampai saat ini perusahaan telah menyiapkan infrastruktur dan tengah menyiapkan kloteral pasca mendapatkan izin operasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

SBN turun

Berdasarkan data OJK, sampai Agustus 2018, industri DPLK tercatat mengumpulkan total investasi sebesar Rp 78,51 triliun, atau naik 8,9% dibandingkan periode tahun lalu yakni Rp 72,06 triliun. Investasi tersebut banyak disumbang dari instrumen deposito, obligasi korporasi dan surat berharga negara (SBN).

Sejumlah instrumenn investasi mengalami kenaikan, seperti keranjang deposito bank yakni Rp 46,44 triliun, naik 12,6% secara tahunan. Termasuk obligasi korporasi naik 14,8% menjadi Rp 10,13 triliun. Sayangnya, jumlah investasi ke SBN turun 9% menjadi Rp 13,01 triliun.

Nur Hasan Kurniawan mengatakan menurunnya nilai investasi ke SBN karena ada pengalihan investasi ke deposito yang cenderung lebih aman ketika kondisi pasar modal tengah tertekan. Trennya dari tahun 2012-2018 rata-rata industri DPLK sebesar 64% memilik investasi money market.

“Penurunan investasi SBN turun karena dialihkan ke money market. Asumsinya, portofolio investasi DPLK dipilih oleh peserta langsung dan memilih yang lebih aman,” jelasnya.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, realisasi imbal hasil investasi DPLK Indolife sudah menyentuh 4,5% sampai Agustus 2018. 

Pelaksana tugas Pengurusan DPLK Indolife Harry Poerwanto mengatakan, pencapaian ini terhitung mendekati target yang ditetapkan perusahaan.

Sampai akhir tahun ini, perusahaan yang didirikan oleh Asuransi Jiwa PT Indolife Pensiontama ini menargetkan return sebesar 7% atau naik dari realisasi 2017 lalu yang sebesar 6%.

Adapun portofolio investasi DPLK Indolife kini masih dominasi ditempatkan pada keranjang deposito yang terhitung likuid sebesar 87,42%, sedangkan sisanya lagi pada instrumen obligasi sebesar 12,58%. Racikan investasi tersebut cenderung konservatif dan racikan portofolio investasi belum banyak bergeser.

“Kami masih optimistis, target return tercapai karena didukung oleh suku bunga yang sudah mulai naik di dua bulan terakhir,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi