JAKARTA. Pertumbuhan ritel modern seperti hypermarket, supermarket, dan minimarket di pedesaan menggeser toko-toko tradisional. Populasi toko tradisional tidak bertumbuh sedangkan para pengusaha ritel kian menjamur. Gencarnya toko modern menyerbu pedesaan membuat toko tradisional berguguran."Tahun lalu jumlahnya kian menurun," ungkap Teguh Yunanto, Executive Director dan Retail Measurement, Nielsen, saat memaparkan hasil penelitiannya Selasa (15/3). Jumlah toko tradisional pada tahun lalu turun sebesar 1,5%. Namun yang paling parah dampaknya di pedesaan jumlah yang turun sebesar 5,8% dibandingkan dengan tahun 2009. Jumlah toko tradisional tahun 2009 mencapai 2,558 juta. Adapun tahun lalu turun hanya 2,524 juta toko."Ini penurunan ini terbesar dibandingkan tiga tahun belakangan," ungkapnya. Namun, toko-toko di pedesaan yang masih berdiri saat ini mengalami kenaikan jumlah pelanggan 17% per hari. Selain itu omzet harian meningkat hingga 16%. Bandingan dengan pertumbuhan pelanggan toko tradisional di kota yang hanya naik 12% saja. "Sayangnya pertumbuhan omzet dan pelanggan di daerah ini tidak sebanding dengan jumlah toko yang tutup, karena populasi masyarakat di pedesaan tidak bertambah," tutur Teguh.Pada penelitian yang dipaparkan Nielsen sebelumnya, kunjungan masyarakat desa di minimarket meningkat 36%. Total nilai belanja juga meningkat pada tahun 2007 satu rumah tangga rata-rata membelanjakan uang sebesar Rp 252.657 sedangkan pada tahun 2010 sudah mencapai Rp 472.892 dalam satu tahun. Berbeda dengan pertumbuhan pasar modern tahun 2010 lalu naik 38%. Jenis modern trade seperti minimarket tumbuh sebesar 42%, Hypermarket sebesar 23%, sedangkan supermarket menurun 6%. Selain itu 78% dari toko modern terletak di pulau Jawa. Pertumbuhan ini ditunjang dengan gencarnya belanja iklan ritel modern di sejumlah media. Menurut Teguh, sebaiknya tiap ritel punya diferensiasi agar bisa bersaing. Toko-toko yang menjual alat-alat kosmetik dan semi retailer justru bertumbuh sebesar 17% dan 5%. Selain itu, konsep one top shopping yang diterapkan sudah sangat berhasil membuat minimarket bertumbuh. "Agar bisa bersaing toko-toko tradisional sebaiknya membuat diferensiasi produk," tutur Teguh.Satria Hamid, Public Affair Senior Manager Carrefour lebih banyak bekerjasama dengan petani-petani dan supplier setingkat UKM. Saat ini Carrefour punya 4 ribu pemasok, sekitar 70% berasal dari UMKM. Satria bilang Carrefour juga memfasilitasi dengan perbankan para supplier tersebut untuk permodalan."Ada kerjasama yang menguntungkan," ungkap Satria. Sementara itu menurut Pujianto, selaku Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pesatnya minimarket menuntut tradisional market untuk berbenah. Orang bisanya mencari toko-toko yang nyaman untuk dikunjungi. Karena itu sebaiknya toko-toko tradisional bisa membuat konsep yang bisa menarik pengunjung. "Tumbuhnya minimarket justru membuat toko tradisional berbenah untuk meningkatkan layanan," tuturnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Toko tradisional di pedesaan tergusur menjamurnya toko ritel modern
JAKARTA. Pertumbuhan ritel modern seperti hypermarket, supermarket, dan minimarket di pedesaan menggeser toko-toko tradisional. Populasi toko tradisional tidak bertumbuh sedangkan para pengusaha ritel kian menjamur. Gencarnya toko modern menyerbu pedesaan membuat toko tradisional berguguran."Tahun lalu jumlahnya kian menurun," ungkap Teguh Yunanto, Executive Director dan Retail Measurement, Nielsen, saat memaparkan hasil penelitiannya Selasa (15/3). Jumlah toko tradisional pada tahun lalu turun sebesar 1,5%. Namun yang paling parah dampaknya di pedesaan jumlah yang turun sebesar 5,8% dibandingkan dengan tahun 2009. Jumlah toko tradisional tahun 2009 mencapai 2,558 juta. Adapun tahun lalu turun hanya 2,524 juta toko."Ini penurunan ini terbesar dibandingkan tiga tahun belakangan," ungkapnya. Namun, toko-toko di pedesaan yang masih berdiri saat ini mengalami kenaikan jumlah pelanggan 17% per hari. Selain itu omzet harian meningkat hingga 16%. Bandingan dengan pertumbuhan pelanggan toko tradisional di kota yang hanya naik 12% saja. "Sayangnya pertumbuhan omzet dan pelanggan di daerah ini tidak sebanding dengan jumlah toko yang tutup, karena populasi masyarakat di pedesaan tidak bertambah," tutur Teguh.Pada penelitian yang dipaparkan Nielsen sebelumnya, kunjungan masyarakat desa di minimarket meningkat 36%. Total nilai belanja juga meningkat pada tahun 2007 satu rumah tangga rata-rata membelanjakan uang sebesar Rp 252.657 sedangkan pada tahun 2010 sudah mencapai Rp 472.892 dalam satu tahun. Berbeda dengan pertumbuhan pasar modern tahun 2010 lalu naik 38%. Jenis modern trade seperti minimarket tumbuh sebesar 42%, Hypermarket sebesar 23%, sedangkan supermarket menurun 6%. Selain itu 78% dari toko modern terletak di pulau Jawa. Pertumbuhan ini ditunjang dengan gencarnya belanja iklan ritel modern di sejumlah media. Menurut Teguh, sebaiknya tiap ritel punya diferensiasi agar bisa bersaing. Toko-toko yang menjual alat-alat kosmetik dan semi retailer justru bertumbuh sebesar 17% dan 5%. Selain itu, konsep one top shopping yang diterapkan sudah sangat berhasil membuat minimarket bertumbuh. "Agar bisa bersaing toko-toko tradisional sebaiknya membuat diferensiasi produk," tutur Teguh.Satria Hamid, Public Affair Senior Manager Carrefour lebih banyak bekerjasama dengan petani-petani dan supplier setingkat UKM. Saat ini Carrefour punya 4 ribu pemasok, sekitar 70% berasal dari UMKM. Satria bilang Carrefour juga memfasilitasi dengan perbankan para supplier tersebut untuk permodalan."Ada kerjasama yang menguntungkan," ungkap Satria. Sementara itu menurut Pujianto, selaku Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pesatnya minimarket menuntut tradisional market untuk berbenah. Orang bisanya mencari toko-toko yang nyaman untuk dikunjungi. Karena itu sebaiknya toko-toko tradisional bisa membuat konsep yang bisa menarik pengunjung. "Tumbuhnya minimarket justru membuat toko tradisional berbenah untuk meningkatkan layanan," tuturnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News