Tol Cipali beroperasi, pedagang di Pantura merugi



Tak seperti masa-masa sebelumnya, omzet para pedagang di sepanjang jalan pantai utara (Pantura) jelang Lebaran tahun ini menurun drastis. Padahal, lazimnya, para pedagang di kawasan itu selalu menikmati omzet besar dari para pemudik yang singgah di kedainya. 

Tapi, untuk kali ini dan mungkin seterusnya, para pedagang di kawasan pantura harus rela omzetnya terlindas oleh keberadaan jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Ya, sejak pengoperasian jalan tol Cipali diresmikan Presiden Joko Widodo pada 13 Juni lalu, nyaris semua jenis usaha di pantura mulai lesu.

Berdasarkan pantauan KONTAN pada pertengahan Juli lalu, hampir semua usaha yang berada di pinggir jalan kawasan Pantura tutup. Mulai dari pusat oleh-oleh, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hingga rumah makan terpaksa menutup usahanya.


Salah satu bisnis di kawasan pantura yang penjualannya anjlok adalah rumah makan. Hampir 90% rumah makan di sepanjang pantura sepi pengunjung.

Sebut saja rumah makan Pringsewu. Pada masa-masa mudik di tahun sebelumnya, restoran yang berdiri sejak tahun 2010 ini selalu ramai dikunjungi pembeli. Tapi kini, restoran di Jalan Raya Pantura Eretan Kulon yang menjual berbagai kuliner tradisional khas Indonesia ini sepi pengunjung.

Agung Nuryono, Chief Marketing Pringsewu mengatakan, sejak jalan tol Cipali dioperasikan, omzet restoran tempatnya bekerja mulai turun penjualan. “Sejak diresmikan tol Cipali, jelas kami galau. Sebab, omzet yang kami dapat menurun,” kata dia.

Sebelum tol Cipali beroperasi, Agung mengklaim, rata-rata 3.000 orang per hari singgah ke restoran Pringsewu. Tapi, sejak tol Cipali beroperasi, jumlah pengunjung drop hampir 90%. Pada masa mudik tahun ini, rata-rata pengunjung pringsewu hanya 300 orang per hari.

Dengan jumlah pengunjung yang turun drastis, omzet Pringsewu menukik. “Dulu, omzet kami per hari bisa mencapai ratusan juta. Sejak ada tol Cipali, mendapatkan omzet puluhan juta saja sulit,” imbuh Agung.

Anik Andriani, Manajer Rumah Makan PO Haryanto mengaku, jumlah pengunjung yang datang ke restorannya terlihat jelas menurun dibandingkan musim Lebaran tahun-tahun sebelumnya.

Sebelum ada tol Cipali, kata Anik, jumlah pengunjung dari bus PO Haryanto sebanyak 50 unit perhari, kendaraan pribadi 10 mobil, dan bis pariwisata lain rata-rata 2 bus-5 bus. “Setelah ada tol, rata-rata hanya lima bus dan kendaraan pribadi. Bahkan, bus pariwisata tidak ada yang singgah,” ujarnya.

Pada tahun sebelumnya, rumah makan PO Haryanto masih mampu meraup omzet Rp 25 juta per hari. Kini, setelah tol Cipali beroperasi, hampir 30% omzet restrorannya merosot. “Sejak ada tol Cipali, hampir sebagian mobil pribadi, bus-bus pariwisata, dan bus PO Haryanto tak lagi ramai berkunjung ke rumah makan kami,” imbuhnya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri