WASHINGTON. Miliarder asal Amerika Serikat (AS) Elon Musk akan memaksa Air Force AS untuk membuka monopoli kontraktor. Selama ini, Air Force hanya mengizinkan dua perusahaan, Lockheed Martin Corp dan Boeing Co menjadi rekanan untuk peluncuran satelit dan roket militer AS. Musk, yang disebut-sebut sebagai Tony Stark di dunia nyata, menilai perusahaanya, SpaceX mampu memenuhi kebutuhan militer AS di luar bumi dan layak berkompetisi dalam pengadaan barang dan jasa Air Force.Dengan mendominasi orderan Air Force, Lockheed dan Boeing berhasil mengamankan permintaan peluncuran satelit militer AS hingga tahun 2030 dengan nilai kontrak sampai US$ 70 miliar. Keduanya, yang membuat perusahaan patungan United Launch Alliance LLC (ULA) menjadi pemasok perlengkapan terbesar militer AS. "Kalau berkompetisi lalu kalah, itu adil. Tapi bahkan Air Force tak membuka peluang untuk berkompetisi," kata Musk dalam National Press Club di Washington. Miliarder dengan kekayaan US$ 9,6 miliar ini berencana melayangkan gugatan ke Pengadilan atas Klaim Federal, Senin waktu setempat. Melalui gugatan ini, Musk yang juga memiliki brand mobil Tesla, akan memaksa Air Force mengulang proses penunjukkan langsung ULA dalam proyek pengadaan 36 inti roket. SpaceX yang berdiri tahun 2002, telah memiliki tiga pesawat ulang alik. Tahun 2010, perusahaan meluncurkan pesawat ulang alik yang bisa kembali dari orbit rendah bumi (termosfer). Dua tahun kemudian, pesawat barunya, Dragon, berhasil mencapai International Space Station (ISS). Dragon kini mendapat order mengirim kargo secara reguler dari NASA. Proyek baru SpaceX, Falcon Heavy masih dalam pengembangan. Akhir pekan lalu, perusahaan ini mengumumkan, roket Falcon 9 sukses melepas kaki roket (stage 1) yang akhirnya mendarat mulus di Samudera Atlantik.
Tony Stark di dunia nyata menggugat US Air Force
WASHINGTON. Miliarder asal Amerika Serikat (AS) Elon Musk akan memaksa Air Force AS untuk membuka monopoli kontraktor. Selama ini, Air Force hanya mengizinkan dua perusahaan, Lockheed Martin Corp dan Boeing Co menjadi rekanan untuk peluncuran satelit dan roket militer AS. Musk, yang disebut-sebut sebagai Tony Stark di dunia nyata, menilai perusahaanya, SpaceX mampu memenuhi kebutuhan militer AS di luar bumi dan layak berkompetisi dalam pengadaan barang dan jasa Air Force.Dengan mendominasi orderan Air Force, Lockheed dan Boeing berhasil mengamankan permintaan peluncuran satelit militer AS hingga tahun 2030 dengan nilai kontrak sampai US$ 70 miliar. Keduanya, yang membuat perusahaan patungan United Launch Alliance LLC (ULA) menjadi pemasok perlengkapan terbesar militer AS. "Kalau berkompetisi lalu kalah, itu adil. Tapi bahkan Air Force tak membuka peluang untuk berkompetisi," kata Musk dalam National Press Club di Washington. Miliarder dengan kekayaan US$ 9,6 miliar ini berencana melayangkan gugatan ke Pengadilan atas Klaim Federal, Senin waktu setempat. Melalui gugatan ini, Musk yang juga memiliki brand mobil Tesla, akan memaksa Air Force mengulang proses penunjukkan langsung ULA dalam proyek pengadaan 36 inti roket. SpaceX yang berdiri tahun 2002, telah memiliki tiga pesawat ulang alik. Tahun 2010, perusahaan meluncurkan pesawat ulang alik yang bisa kembali dari orbit rendah bumi (termosfer). Dua tahun kemudian, pesawat barunya, Dragon, berhasil mencapai International Space Station (ISS). Dragon kini mendapat order mengirim kargo secara reguler dari NASA. Proyek baru SpaceX, Falcon Heavy masih dalam pengembangan. Akhir pekan lalu, perusahaan ini mengumumkan, roket Falcon 9 sukses melepas kaki roket (stage 1) yang akhirnya mendarat mulus di Samudera Atlantik.