KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Metalindo Tbk merevisi target pertumbuhan penjualan menjadi 5% hingga tutup tahun. Sebelumnya, emiten komponen otomotif yang memiliki kode saham
BOLT ini memproyeksikan pertumbuhan penjualan di tahun ini bisa mencapai 10%-15% dibanding tahun tahun 2018. Menilik laporan keuangan BOLT, penjualan perseroan memang hanya tumbuh tipis. Pada sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan perseroan tercatat sebesar Rp 911,56 miliar. Angka hanya bertumbuh sekitar 4,07% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari yang semula sebesar Rp 875,84 miliar pada periode sama tahun lalu.
Baca Juga: Tim 5 Continents Drive Kunjungi Pemilik Toyota Rush di Jakarta Saat ini, penjualan suku cadang motor masih menjadi segmen usaha dengan kontribusi yang paling besar dalam penjualan BOLT. Berdasarkan keterangan informasi segmen laporan keuangan perseroan, penjualan suku cadang motor atau roda dua mencapai sebesar Rp 417,15 miliar atau setara dengan 45,76% penjualan perseroan di kuartal III 2019. Sementara itu, sekitar 54,24% sisanya ditopang oleh penjualan suku cadang mobil (8,8%) dan industri lainnya (45,44%). Di sisi lain, laba neto perseroan justru mengalami penurunan sekitar 18,63% secara yoy dari yang semula sebesar Rp 60,68 miliar di kuartal III tahun lalu menjadi Rp 49,37 miliar di kuartal III tahun ini. Direktur Keuangan dan Pemasaran Garuda Metalindo Anthony Wijaya menjelaskan bahwa penurunan laba neto perseroan utamanya dipengaruhi oleh harga bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi. “Ini disebabkan terutama dari kenaikan bahan baku yang terjadi di kuartal 3 hingga kuartal 4 2018 dan masih
carry over sampai sekarang,” ujar Anthony dalam acara
public expose perseroan pada Kamis (14/11).
Baca Juga: Dinilai bisa menghambat ekspor alas kaki, Aprisindo tolak kenaikan UMSK tahun 2020 Mengacu kepada laporan keuangan perseroan, bahan baku langsung yang digunakan atawa
direct material used memang tercatat sedikit mengalami kenaikan sekitar 2,44% secara yoy menjadi Rp 407,69 miliar. Padahal, bahan baku langsung yang digunakan memiliki porsi yang cukup besar dalam beban pokok pendapatan (cost of goods sold/cogs). Pada kuartal III 2019 saja misalnya, biaya bahan baku langsung yang digunakan tercatat sebesar Rp 407,49 miliar atau setara dengan 54% dari beban pokok penjualan.
Alhasil, beban pokok penjualan mengalami penurunan sekitar 7,65% secara yoy dari yang semula Rp 701,36 miliar sepanjang Januari - September tahun lalu menjadi Rp 755,06 miliar di periode yang sama tahun ini. Dengan adanya kondisi ini, perseroan tidak memasang target yang muluk-muluk untuk laba bersih hingga tutup tahun nanti. “Kalau harga bahan baku bisa tetap stabil kam,i proyeksikan
net profit margin-nya mungkin sampai 6%-6,5% sampai akhir tahun,” tutur Anthony (14/11).
Baca Juga: PLTGU Jawa 1 jadi andalan PLN, Pertamina berhasil melakukan switching energi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi