JAKARTA. Secara historis, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu meningkat saat perhelatan pemilihan umum (pemilu). Bila sejarah itu terulang lagi tahun ini, kinerja reksadana saham pun akan ikut terangkat.Gelagat itu sudah terlihat akhir-akhir ini. Bahkan, Jumat lalu (14/3), IHSG melejit hingga 3,23% ke posisi 4.878,64. Lompatan IHSG ini sebagai efek dari kepastian Joko Widodo sebagai calon presiden (capres). Sejak akhir 2013, indeks telah naik 14,08% hingga kemarin.Kendati tren IHSG naik, tapi investor reksadana tetap harus cermat membaca arah bursa. Analis PT Infovesta Utama, Edbert Suryajaya berpandangan, kondisi saat ini justru harus membuat investor lebih waspada. "Kenaikan IHSG menjelang Pemilu hanya sebatas sentimen momen politik, bukan ekonomi,” ujar Edbert.Lonjakan IHSG pada akhir pekan lalu juga sebatas euforia deklarasi Joko Widodo sebagai capres. Padahal, indeks bursa regional sedang dalam tren negatif. Lantas bagaimana sebaiknya investor reksadana mengambil posisi? Edbert memberikan tiga saran. Pertama, investor sebaiknya wait and see perkembangan politik dan ekonomi. “Setidaknya hingga pertengahan kuartal II. Saat itu akan ada perkembangan indeks bursa regional yang trennya sekarang negatif,” kata Edbert.Kedua, investor bisa menambah unit penyertaan (top up) reksadana saham, dengan catatan porsi dana yang diinvestasikan hanya 10% dari alokasi investasi. Ini untuk menghindari resiko kerugian yang mungkin terjadi pada pertengahan tahun 2014 pasca pelaksanaan pemilu. Saat itu, pergerakan IHSG baru akan terlihat wajar.Ketiga, investor bisa melakukan pencairan dana alias redemption sebagai aksi ambil untung (profit taking), jika imbal hasil yang telah diperoleh minimal 15%. Jika investor optimistis terhadap laju IHSG, sebaiknya cukup imbal hasilnya saja yang dicairkan. Edbert sendiri memperkirakan, return indeks reksadana saham pada akhir 2014 nanti , bisa mencapai minimal 15% year on year (yoy).Direktur Utama Sinarmas Asset Management, Hermawan Hoesein juga berpandangan sama. Menurut dia, investor reksadana saat ini bisa menjual kembali unit penyertaan dengan hanya mengambil imbal hasilnya saja. “Nilai pokoknya kalau bisa ditahan selama mungkin supaya imbal hasilnya maksimal,” ujarnya.Maklum, prediksi Hermawan, IHSG bisa melaju hingga ke posisi 5.100 di akhir tahun jika nanti Joko Widodo memenangkan pemilihan presiden tahun ini.Sedangkan, Manajer Investasi Sucorinvest Asset Manajement, Jemmy Paul, memperkirakan, imbal hasil reksadana saham pada akhir tahun 2014 bisa mencapai 21,3% yoy. Hal itu mempertimbangkan kinerja IHSG yang diperkirakan mencapai level 5.500 hingga 5.800 di akhir tahun ini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Top up terbatas atau menarik imbal hasil
JAKARTA. Secara historis, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu meningkat saat perhelatan pemilihan umum (pemilu). Bila sejarah itu terulang lagi tahun ini, kinerja reksadana saham pun akan ikut terangkat.Gelagat itu sudah terlihat akhir-akhir ini. Bahkan, Jumat lalu (14/3), IHSG melejit hingga 3,23% ke posisi 4.878,64. Lompatan IHSG ini sebagai efek dari kepastian Joko Widodo sebagai calon presiden (capres). Sejak akhir 2013, indeks telah naik 14,08% hingga kemarin.Kendati tren IHSG naik, tapi investor reksadana tetap harus cermat membaca arah bursa. Analis PT Infovesta Utama, Edbert Suryajaya berpandangan, kondisi saat ini justru harus membuat investor lebih waspada. "Kenaikan IHSG menjelang Pemilu hanya sebatas sentimen momen politik, bukan ekonomi,” ujar Edbert.Lonjakan IHSG pada akhir pekan lalu juga sebatas euforia deklarasi Joko Widodo sebagai capres. Padahal, indeks bursa regional sedang dalam tren negatif. Lantas bagaimana sebaiknya investor reksadana mengambil posisi? Edbert memberikan tiga saran. Pertama, investor sebaiknya wait and see perkembangan politik dan ekonomi. “Setidaknya hingga pertengahan kuartal II. Saat itu akan ada perkembangan indeks bursa regional yang trennya sekarang negatif,” kata Edbert.Kedua, investor bisa menambah unit penyertaan (top up) reksadana saham, dengan catatan porsi dana yang diinvestasikan hanya 10% dari alokasi investasi. Ini untuk menghindari resiko kerugian yang mungkin terjadi pada pertengahan tahun 2014 pasca pelaksanaan pemilu. Saat itu, pergerakan IHSG baru akan terlihat wajar.Ketiga, investor bisa melakukan pencairan dana alias redemption sebagai aksi ambil untung (profit taking), jika imbal hasil yang telah diperoleh minimal 15%. Jika investor optimistis terhadap laju IHSG, sebaiknya cukup imbal hasilnya saja yang dicairkan. Edbert sendiri memperkirakan, return indeks reksadana saham pada akhir 2014 nanti , bisa mencapai minimal 15% year on year (yoy).Direktur Utama Sinarmas Asset Management, Hermawan Hoesein juga berpandangan sama. Menurut dia, investor reksadana saat ini bisa menjual kembali unit penyertaan dengan hanya mengambil imbal hasilnya saja. “Nilai pokoknya kalau bisa ditahan selama mungkin supaya imbal hasilnya maksimal,” ujarnya.Maklum, prediksi Hermawan, IHSG bisa melaju hingga ke posisi 5.100 di akhir tahun jika nanti Joko Widodo memenangkan pemilihan presiden tahun ini.Sedangkan, Manajer Investasi Sucorinvest Asset Manajement, Jemmy Paul, memperkirakan, imbal hasil reksadana saham pada akhir tahun 2014 bisa mencapai 21,3% yoy. Hal itu mempertimbangkan kinerja IHSG yang diperkirakan mencapai level 5.500 hingga 5.800 di akhir tahun ini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News