KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah menjadikan pengembangan sumber daya manusia sebagai fokus penggunaan anggaran negara di tahun-tahun mendatang. Investasi negara dalam pembangunan SDM ini dilakukan diantaranya dengan peningkatan sistem pendidikan dan pelatihan vokasional yang adaptif dan tepat guna. Dengan mendorong pendidikan vokasi dan SMK, Pemerintah berharap dapat mengurangi angka pengangguran terbuka di Indonesia. Namun sebaliknya, berdasarkan data dari BPS, angka pengangguran masih cukup tinggi khususnya di tingkat lulusan SMK. Merujuk pada Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2019, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2019 mencapai 5,28% atau dengan kata lain, dari 100 orang angkatan kerja , terdapat 5 orang penganggur. Sementara total Pengangguran Terbuka per Agustus 2019 sebesar 7,05 juta orang. Jika ditelusuri lagi, TPT dari jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi yang paling tinggi (10,42%) dibanding jenjang pendidikan lain TPT di jenjang SMA 7,92% dan TPT di jenjang Diploma I/II/III yang berada di level 5,99%. CEO & Co-Founder TopKarir, Bayu Janitra Wirjoatmodjo mengungkapkan, hal ini cukup kontras mengingat sebagian besar atau sebanyak 80% posisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah untuk anak muda. "Berdasarkan analisa kami, hal ini terjadi karena masih banyak ditemukan mismatch antara SDM yang dibutuhkan oleh pemberi kerja dengan kualitas SDM pencari kerja khususnya lulusan di tingkat SMK. Lulusan SMK dianggap masih kurang memenuhi kebutuhan industri, in term of skill, sehingga perusahaan lebih baik melakukan hijack,” katanya dalam keterangan resminya, Kamis (14/11).
TopKarir menyediakan akses informasi karir bagi anak muda
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah menjadikan pengembangan sumber daya manusia sebagai fokus penggunaan anggaran negara di tahun-tahun mendatang. Investasi negara dalam pembangunan SDM ini dilakukan diantaranya dengan peningkatan sistem pendidikan dan pelatihan vokasional yang adaptif dan tepat guna. Dengan mendorong pendidikan vokasi dan SMK, Pemerintah berharap dapat mengurangi angka pengangguran terbuka di Indonesia. Namun sebaliknya, berdasarkan data dari BPS, angka pengangguran masih cukup tinggi khususnya di tingkat lulusan SMK. Merujuk pada Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2019, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2019 mencapai 5,28% atau dengan kata lain, dari 100 orang angkatan kerja , terdapat 5 orang penganggur. Sementara total Pengangguran Terbuka per Agustus 2019 sebesar 7,05 juta orang. Jika ditelusuri lagi, TPT dari jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi yang paling tinggi (10,42%) dibanding jenjang pendidikan lain TPT di jenjang SMA 7,92% dan TPT di jenjang Diploma I/II/III yang berada di level 5,99%. CEO & Co-Founder TopKarir, Bayu Janitra Wirjoatmodjo mengungkapkan, hal ini cukup kontras mengingat sebagian besar atau sebanyak 80% posisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah untuk anak muda. "Berdasarkan analisa kami, hal ini terjadi karena masih banyak ditemukan mismatch antara SDM yang dibutuhkan oleh pemberi kerja dengan kualitas SDM pencari kerja khususnya lulusan di tingkat SMK. Lulusan SMK dianggap masih kurang memenuhi kebutuhan industri, in term of skill, sehingga perusahaan lebih baik melakukan hijack,” katanya dalam keterangan resminya, Kamis (14/11).