KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) masih terus menanti pengumuman sejumlah proses tender yang sedang diikuti perusahaan. Ada lebih dari lima tender proyek yang sedang mereka ikuti dengan nilai lebih dari Rp 9 triliun, sebagian besar adalah proyek infrastruktur. Perusahaan konstruksi swasta ini hanya bisa berharap pengumuman tender-tender tersebut bisa dilakukan di sisa dua bulan terakhir ini agar target kontrak baru yang dipatok Rp 10 triliun tahun bisa tercapai. Sementara hingga Oktober 2018, ACST baru berhasil mendapatkan kontrak baru senilai Rp 835 miliar atau baru 8,35% dari target 2018. Capaian tersebut belum berubah dari posisi per September. Maria Cesilia Hapsari, Sekretaris Perusahaan ACST mengaku, pihaknya masih optimistis bisa mencapai target yang sudah mereka canangkan. "Kalaupun misalnya pengumuman tendernya tidak dilakukan tahun ini, bukan berarti kami gagal mendapatkan kontrak tersebut. Itu hanya dipindah ke tahun saja. Tetapi kami masih berharap ada yang diumumkan tahun ini," jelas Maria kepada Kontan.co.id, Kamis (15/11). Proyek-proyek yang masih disasar ACST saat ini lebih mengarah pada infrastruktur seperti jalan tol layang. Sehingga komposisi kontrak yang paling besar yang dibidik masih infrastruktur, diikuti oleh konstruksi bangun dan pondasi. Adapun proyek-proyek yang telah didapatkan ACST selama 10 bulan pertama tahun ini diantaranya Fly Ash Silo, Graha Pertamina, Tanjung Jati B Expansion Silo (Jawa 4), Pelabuhan Patimban, Gedung Balai Kesehatan Penerbangan I, pekerjaan Pelabuhan Terminal Peti Kemas, dan pekerjaan struktur proyek The Stature. Sementara untuk tahun 2019, ACST belum menetapkan target. Saat ini, perusahaan masih menghitung sembari menunggu pencapaian kontrak anyar mereka tahun 2018. Hanya yang jelas, kata Maria, perusahaan akan terus menjaga pertumbuhan ke depan. Kemungkinan besar target kontrak baru anak usaha United Tranctors ini tidak akan jauh berbeda dari 2018. Atau jika ternyata pengumuman tender tahun ini banyak yang mundur ke tahun depan maka perusahaan akan menjaga target kontrak baru 2019 diluar itu akan lebih tinggi dari tahun 2017. Maria menambahkan, pihaknya masih akan tetap fokus untuk mengincar proyek-proyek infrastruktur tahun depan. "Namun, kami juga akan tetap mengikuti tender struktur dan pondasi yang bisa memberikan nilai tambah ke perusahaan,"tambahnya. Sementara untuk belanja modal (capex) yang disiapkan tahun depan tidak akan terlalu besar. Anggarannya akan dijaga sama seperti tahun lalu sekitar Rp 150 miliar-Rp 200 miliar. Sebab di industri konstruksi menurut Maria, aset tidak perlu banyak. Perusahana bisa menggunakan third party yang menyediakan aset/peralatan. "Di grup ACST sendir kita akan coba melengkapi value chain yang ada melalui anak usaha di bidang formwork, passnger hoist, dan tower crain, maupun lewat entitas asosiasi seperti concrete pumping dan palcing boom," jelas Maria. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Acset Indonusa (ACST) ikut tender proyek senilai lebih Rp 9 triliun
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) masih terus menanti pengumuman sejumlah proses tender yang sedang diikuti perusahaan. Ada lebih dari lima tender proyek yang sedang mereka ikuti dengan nilai lebih dari Rp 9 triliun, sebagian besar adalah proyek infrastruktur. Perusahaan konstruksi swasta ini hanya bisa berharap pengumuman tender-tender tersebut bisa dilakukan di sisa dua bulan terakhir ini agar target kontrak baru yang dipatok Rp 10 triliun tahun bisa tercapai. Sementara hingga Oktober 2018, ACST baru berhasil mendapatkan kontrak baru senilai Rp 835 miliar atau baru 8,35% dari target 2018. Capaian tersebut belum berubah dari posisi per September. Maria Cesilia Hapsari, Sekretaris Perusahaan ACST mengaku, pihaknya masih optimistis bisa mencapai target yang sudah mereka canangkan. "Kalaupun misalnya pengumuman tendernya tidak dilakukan tahun ini, bukan berarti kami gagal mendapatkan kontrak tersebut. Itu hanya dipindah ke tahun saja. Tetapi kami masih berharap ada yang diumumkan tahun ini," jelas Maria kepada Kontan.co.id, Kamis (15/11). Proyek-proyek yang masih disasar ACST saat ini lebih mengarah pada infrastruktur seperti jalan tol layang. Sehingga komposisi kontrak yang paling besar yang dibidik masih infrastruktur, diikuti oleh konstruksi bangun dan pondasi. Adapun proyek-proyek yang telah didapatkan ACST selama 10 bulan pertama tahun ini diantaranya Fly Ash Silo, Graha Pertamina, Tanjung Jati B Expansion Silo (Jawa 4), Pelabuhan Patimban, Gedung Balai Kesehatan Penerbangan I, pekerjaan Pelabuhan Terminal Peti Kemas, dan pekerjaan struktur proyek The Stature. Sementara untuk tahun 2019, ACST belum menetapkan target. Saat ini, perusahaan masih menghitung sembari menunggu pencapaian kontrak anyar mereka tahun 2018. Hanya yang jelas, kata Maria, perusahaan akan terus menjaga pertumbuhan ke depan. Kemungkinan besar target kontrak baru anak usaha United Tranctors ini tidak akan jauh berbeda dari 2018. Atau jika ternyata pengumuman tender tahun ini banyak yang mundur ke tahun depan maka perusahaan akan menjaga target kontrak baru 2019 diluar itu akan lebih tinggi dari tahun 2017. Maria menambahkan, pihaknya masih akan tetap fokus untuk mengincar proyek-proyek infrastruktur tahun depan. "Namun, kami juga akan tetap mengikuti tender struktur dan pondasi yang bisa memberikan nilai tambah ke perusahaan,"tambahnya. Sementara untuk belanja modal (capex) yang disiapkan tahun depan tidak akan terlalu besar. Anggarannya akan dijaga sama seperti tahun lalu sekitar Rp 150 miliar-Rp 200 miliar. Sebab di industri konstruksi menurut Maria, aset tidak perlu banyak. Perusahana bisa menggunakan third party yang menyediakan aset/peralatan. "Di grup ACST sendir kita akan coba melengkapi value chain yang ada melalui anak usaha di bidang formwork, passnger hoist, dan tower crain, maupun lewat entitas asosiasi seperti concrete pumping dan palcing boom," jelas Maria. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News