Tower Bersama dan Sarana Menara incar menara Axis?



JAKARTA. PT Axis Telekom Indonesia berencana menjual 1.600 menara telekomunikasi senilai US$ 300 juta. Perusahaan yang dikendalikan Saudi Telecom Co ini dikabarkan tengah bernegosiasi dengan dua perusahaan menara, yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk.

Transaksi jual beli menara ini, menurut sumber yang dikutip Reuters, pada Jumat (14/12) lalu, bakal rampung pada semester pertama 2013. Axis memulai kiprahnya pada 2008 dan kini telah memiliki 16 juta pelanggan telepon dan layanan internet.

Saat dikonfirmasi soal rencana penjualan menara, Corporate Communications Axis Telekom, Anita Avianty, belum merespons panggilan telepon dan pesan singkat KONTAN, hingga Minggu (16/12) malam. Demikian pula dengan Adam Gifari, Presiden Direktur Sarana Menara.


Direktur Utama Tower Bersama, Helmi Setya Budi mengaku belum tahu mengenai  rencana Axis Telekom menjual menara ini. "Saya belum mendengar soal itu," ujar dia kepada KONTAN, Minggu.

Ketika ditanya apakah Tower Bersama berminat mengakuisisi menara Axis jika ada penawaran? Helmi bilang, hal itu tentu tergantung dengan perhitungan bisnis perusahaan. "Yang jelas, jika Indosat yang menjual lagi, of course, kami sangat siap untuk membeli," ungkap Helmi.

Niat Tower Bersama mengakuisisi menara Indosat bukan hal mustahil. Sebab, sebelumnya TBIG sukses membeli 2.500 menara milik PT Indosat senilai US$ 406 juta. Pembayaran meliputi dua cara. Pertama, Indosat meraup dana segar US$ 333 juta. Kedua, sisa dana dibayarkan Tower Bersama dalam bentuk saham senilai US$ 73 juta. Dari sini, Indosat mendapatkan 239,82 juta saham non-HMETD yang diterbitkan Tower Bersama.

Namun rencana Tower Bersama mengakuisisi lagi menara milik Indosat tampaknya belum bisa terwujud dalam waktu dekat. Sebab, manajemen Indosat sepertinya belum merespons positif keinginan Tower Bersama.

Presiden Direktur Indosat Alexander Rusli menyatakan bahwa bisnis penyewaan menara saat ini didominasi oleh dua pemain besar. Akibatnya, biaya sewa menara saat ini tidak kompetitif dan menjadi tidak menarik. "Perlu juga melihat harga sewa ke depan. Kalau harga sewa tinggi, sementara yang disewa adalah bekas menara operator juga, kan jadi memberatkan. Jadi, harus bisa dilihat kondisi industri juga," ungkap Alexander di Jakarta, Sabtu (15/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro