Tower Bersama Infrastructure (TBIG) kantongi pinjaman US$ 375 juta, ini penggunaannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) baru saja menandatangani fasilitas pinjaman sebesar US$ 375 juta pada 28 Juni lalu. Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk Helmy Yusman Santoso mengatakan pinjaman yang nilainya mencapai Rp 5 triliun tersebut akan dialokasikan untuk pendanaan usaha TBIG, pelunasan pinjaman TBIG maupun anak-anak perusahaannya sebesar US$ 400 juta.

"Total kemarin ada 13 bank yang mengikuti konsorsium pemberi pinjaman, enam berasal dari bank dalam negeri, sisanya luar negeri. Sampai Maret 2019, pinjaman kotor TBIG sudah mencapai Rp 12,7 triliun," ujar Helmy kepada Kontan.co.id, Jumat (5/7).

Pinjaman tersebut menurut Helmy, memiliki nilai margin bunga 1,74% setahun bagi bank asing dan sebesar 1,85% bagi bank domestik.


Menilik keterbukaan informasi TBIG, bank pemberi pinjaman atau kreditur tersebut antara lain adalah Australian and New Zealand Banking Group, CIMB Bank Bernard Singapura, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, DBS Bank, Mizuho Bank, Oversea Chinese Banking Corporation Ltd, United Overseas Bank Limited, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation. Sementara dari Bank dalam negeri adalah Bank BNP Paribas Indonesia, CIMB Niaga, DBS Indonesia, HSBC Indonesia, dan NISP OCBC Indonesia.

Sementara untuk entitas perusahaan anak usaha yang menerima kucuran pinjaman dana, kata Helmy daftarnya masih bisa bertambah. "Saat ini ada 14 entitas perusahaan anak yang menjadi penerima pinjaman bank. Namun ke depannya bisa saja bertambah di kemudian hari," lanjut Helmy.

Helmy mengklaim, dalam empat tahun terakhir, TBIG berhasil mengakses pinjaman bank dan pasar obligasi dengan suku bunga murah dan tenor panjang. Menurutnya, hal itu selaras dengan langkah perusahaan yang hanya ingin membangun aset berumur panjang dengan kontrak jangka panjang yang terjamin dari perusahaan telekomunikasi terpercaya.

"Kami gunakan instrumen derivatif lindung nilai sesuai jatuh tempo utang," imbuhnya.

Karena tahun ini fokus membangun menara dan mengejar tenant, TBIG menyiapkan modal kerja sebesar Rp 1,5 triliun.

"Kami menargetkan menambah 3.000 tenant tahun ini, serta membangun 1.000 menara baru dan 2.000 kolokasi. Sampai Maret 2019, tercapai 512 tenant. Sementara untuk Juni datanya belum diaudit lagi," tambah Helmy.

Pada kuartal I-2019 TBIG sudah memiliki 25.998 penyewaan dengan 15. 192 situs telekomunikasi, yang terdiri dari 15.131 menara telekomunikasi dan 61 jaringan DAS.

Sementara pada laporan keuangan TBIG pada kuartal I-2019, pendapatan TBIG meningkat 27% secara yoy menjadi Rp 1,3 triliun. Namun, laba perusahaan turun 3% menjadi Rp 229,3 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi