Tower Bersama membidik lagi menara Indosat



JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk kembali membidik akuisisi menara milik PT Indosat Tbk. "Tentu kami akan ikut bidding dengan tender yang baru dari mereka (Indosat)," ujar Helmy Yusman Santoso, Direktur Keuangan TBIG beberapa waktu lalu.

Namun, dia tidak menyebutkan nilai dan jumlah menara yang siap dicaplok. Ketika dikonfirmasi apakah jumlahnya sebanyak 1.500, Helmy mengaku tak mengetahui karena tender belum dimulai. Sebelumnya beredar kabar, TBIG ingin mengambilalih 4.000 menara milik Indosat.

Belakangan realisasi akuisisi itu hanya 2.500 menara dengan nilai transaksi mencapai US$ 406 juta. Seperti diketahui, manajemen Indosat menyatakan akan melakukan tender penjualan menara telekomunikasi paling cepat tahun depan. Langkah tersebut demi mengurangi beban perseroan. Indosat saat ini masih memiliki 7.500 menara dan 19.000 base transceiver station (BTS).


Soal sumber pendanaan, manajemen Tower Bersama tidak terlalu mencemaskan. Pasalnya, perseroan masih memiliki fasilitas pinjaman sindikasi senilai US$ 1,1 miliar. Kreditur yang masuk ke dalam sindikasi tersebut antara lain Bank UOB Buana, OCBC NISP, DBS Singapura, ANZ Panin, Bank of Tokyo Mitsubishi, BCA serta Tata National Group.

Adapun total fasilitas pinjaman itu mencapai US$ 2 miliar. Dari pinjaman itu, telah dikeluarkan beberapa seri pinjaman. Seri I senilai US$ 300 juta, seri II senilai US$ 50 juta, seri III mencapai US$ 200 juta, serta seri IV sebesar US$ 325 juta. Jadi, totalnya mencapai US$ 875 juta.

Perseroan juga masih memiliki kas yang cukup berlimpah. Saat ini Tower Bersama mencatatkan kas Rp 3,5 triliun hingga Rp 3,6 triliun. Hingga semester I-2012, emiten berkode saham TBIG menguasai total menara sebanyak 5.416 menara dengan total penyewa mencapai 8.584. Dengan mengakuisisi 2.500 menara Indosat baru-baru ini, maka total menara Tower Bersama mencapai 7.916 menara dengan 11.084 penyewa. Hingga akhir tahun ini, Helmy memperkirakan jumlah minimum pelanggan yang akan terjaring mencapai 12.000.

Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mencemaskan perkembangan utang Tower Bersama. Pasalnya, pertumbuhan laba bersih Tower Bersama tak setinggi kenaikan nilai utangnya. Per akhir Juni 2012, TBIG mencatatkan utang jangka pendek senilai Rp 320 miliar, naik 79,78% dibandingkan nilai per akhir semester I-2011. Di periode yang sama, utang jangka panjang perseroan melonjak 230,19% menjadi Rp 6,96 triliun.

Sedangkan laba bersih TBIG selama semester I-2012 hanya tumbuh 31,16% year-on-year (yoy) menjadi Rp 282 miliar. Pendapatannya juga cuma meningkat 47% menjadi Rp 647 miliar. "Dengan kondisi seperti ini, posisi net profit kemungkinan bakal tertekan untuk membayar utang," ungkap Kiswoyo.

Apabila Tower Bersama kembali menambah utang, maka posisi keuangannya cenderung berisiko. "Karena pertumbuhan pendapatan dan laba bersih TBIG tak setinggi pertumbuhan utangnya," kata Kiswoyo.

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Kiswoyo merekomendasikan sell saham TBIG dengan target harga hingga akhir tahun ini mencapai Rp 2.000 per saham. Harga saham TBIG, Jumat (24/8), ditutup menurun 1,25% menjadi Rp 3.950 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro