Tower Bersama siapkan surat utang US$ 850 juta



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) bersiap menggalang dana. Perusahaan ini berencana menerbitkan surat utang atau notes dengan target perolehan dana maksimal US$ 850 juta.

TBIG mematok bunga maksimal sebesar 8% per tahun untuk surat utang tersebut. Rencananya, notes tersebut memiliki tenor 10 tahun.

TBIG akan menggunakan perolehan dana penerbitan notes untuk refinancing atau melunasi utang jatuh tempo. Perusahaan ini juga memiliki opsi menggunakan dana tersebut untuk mendanai rencana ekspansi, baik secara organik maupun anorganik.


TBIG rencananya akan meminta persetujuan penerbitan surat utang ini lewat rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 27 April. Jika disetujui, TBIG punya waktu selama satu tahun sejak tanggal RUPSLB guna mengeksekusi penerbitan notes.

Namun, TBIG akan menerbitkan notes tersebut hanya jika kondisi pasar membaik. "Kami lihat market, kalau sudah kondusif kami eksekusi tanpa perlu ada RUPS lagi," ujar Direktur Keuangan TBIG Helmi Yusman Santoso kepada KONTAN, Rabu (21/3).

Meski rupiah tengah melemah, TBIG mantap memilih menerbitkan surat utang dalam dollar AS. Pasalnya, emiten ini telah melakukan lindung nilai (hedging). Sehingga dampak depresiasi rupiah pada kinerja keuangan tak signifikan. Helmi menyebut, nilai penerbitan notes juga sudah mempertimbangkan biaya hedging.

Kas internal

Helmi mengaku, jika kondisi pasar tak membaik, TBIG bisa jadi mengurungkan rencana penerbitan notes tersebut. Toh, manajemen TBIS sudah menyiapkan strategi pendanaan lain.

Perusahaan pengelola menara telekomunikasi ini masih memiliki sisa fasilitas pinjaman dari sejumlah kreditur, senilai US$ 200 juta. Kas TBIG juga masih cukup besar.

Kas tersebut dinilai cukup untuk mendanai belanja modal (capex) TBIG tahun ini, sekitar Rp 1 triliun–Rp 1,5 triliun. Sebagian besar capex akan digunakan untuk menambah 2.500 tenant tahun ini. Saat ini, TBIG memiliki 23.500 tenant. "Target tahun lalu sebenarnya 2.500 tenant, tapi ternyata mampu melebihi target menjadi 3.000 tenant," jelas Helmi.

TBIG juga tidak memiliki utang dengan nilai besar yang akan jatuh tempo tahun ini. "Adanya nanti di 2019, jadi tidak ada keperluan dana yang sangat mendesak tahun ini," tandas Helmi.

Saat ini saham TBIG membentuk pola uptrend. Indikator MACD membentuk golden cross di area negatif, sedang indikator RSI menunjukkan sinyal positif. "Untuk jangka pendek, akumulasi saham TBIG," ujar analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji. Support dan resistance TBIG masing-masing berada di level Rp 5.550 per saham dan Rp 6.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini