Tower Bersama (TBIG) masih belum akan terbitkan surat utang baru dalam waktu dekat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG, anggota indeks Kompas100 ini) belum memiliki rencana untuk menerbitkan surat utang baru dalam waktu dekat. Meski informasi yang dipublikasikan pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (15/4), TBIG melalui anak usahanya TBG Global Pte Ltd. berencana menerbitkan surat utang senilai US$ 850 juta atau setara Rp 12,02 triliun (dengan menggunakan kurs Rp 14.145 per dollar AS).

Surat utang ini bakal jatuh tempo pada tahun 2029 dengan bunga per tahun sebesar 8%. Adapun rencana ini akan dimintakan persetujuannya dalam RUPST pada 21 Mei mendatang.

Dalam prospektus yang ada, penerbitan surat utang tersebut bertujuan untuk melunasi total utang jatuh tempo dan pembayaran dipercepat atas pinjaman yang telah diterima TBIG sebelumnya sebesar Rp 23.003,9 miliar.


Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso menuturkan tujuan dari rilis keterbukaan informasi yang dikeluarkan hari ini adalah untuk memenuhi peraturan dari OJK saat hendak menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).

"Informasi yang ada dalam keterbukaan informasi itu hanya untuk keperluan agenda RUPST kita. Sehingga misalnya benar kita akan issue, maka tak perlu lakukan RUPS lagi. Tapi, sebenarnya kita belum akan lakukan issue dalam waktu dekat ini," ujarnya kepada Kontan.co.id.

Selanjutnya soal rencana ekspansi tahun ini, Helmy mengungkapkan bahwa pihaknya bakal menambah jumlah tenantnya sebanyak 3.000 unit. Jumlah ini merupakan revisi dari target penambahan tenant yang sempat diungkapkan pada akhir tahun lalu sebesar 2.500 tenant di tahun ini.

Helmy bilang rencana ekspansi ini akan turut menyertakan dua anak usaha anyar dari TBIG yaitu PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) dan PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON), namun ia masih enggan merincikan kontribusinya. "Iya tentu akan diambil dari dua anak perusahaan baru ini juga," kata dia.

Helmy pun memperkirakan kontribusi dari dua anak usaha ini sudah bisa kelihatan di tahun ini. Tapi kalau untuk proyeksi kinerja, Helmy juga belum bisa menyampaikannya dengan alasan komponennya terlampau banyak sehingga belum bisa diprediksi. Maka untuk saat ini mereka hanya menginformasikan soal penambahan tenant saja.

"Untuk dua anak usaha baru itu, secara jumlah tower dan secara persentase memang tak terlalu besar. Namun, ke depannya bakal bagus untuk membantu kita bertumbuh secara organik," lanjutnya.

Lalu soal rencana akuisisi baru di 2019 ini, ia bilang, pihaknya belum ada rencana ke sana. "Kita tetap minat tapi belum ada rencana lagi ke sana. Kita akan akuisisi apabila target dan valuasinya sesuai dengan yang kita akan jalankan. Tapi strategi utama kita tetap ke organic growth," imbuhnya.

Dalam berita kontan.co.id sebelumnya, Helmy menjelaskan bahwa dari 3.000 target penambahan tenant, ia memperkirakan komposisi penyewa 50% dari permintaan menara baru dan 50% sisanya melalui kolokasi.

Informasi saja, kolokasi artinya memanfaatkan menara TBIG yang sudah ada sehingga satu menara bisa digunakan lebih dari satu operator telekomunikasi.

Menurut Helmy, di tahun 2019 ini besar kemungkinan permintaan sewa menara TBIG bakal meningkat di luar Pulau Jawa. Bahkan sangat mungkin permintaan sewa menara di luar Jawa lebih tinggi ketimbang tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto