KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) akan menerbitkan obligasi sebesar Rp 2,7 triliun. Obligasi Berkelanjutan VI Tower Bersama Tahap III Tahun 2024 ini merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan VI Tower Bersama Infrastructure
dengan target total senilai Rp 20 triliun. Pada tahap ketiga ini, Tower Bersama akan menerbitkan obligasi dengan tenor 370 hari. TBIG menawarkan tingkat bunga tetap 6,75% per tahun. Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure (TBIG), Helmy Yusman Santoso mengatakan bahwa penerbitan obligasi sebesar Rp 2,7 triliun tersebut sifatnya hanya
refinancing pinjaman.
“Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan untuk
refinancing,” tulis manajemen dalam prospektus keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Senin (22/1).
Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Gencar Menggelar Fiber Optik TBIG akan mengalokasikan sebesar Rp 1,01 triliun untuk mendanai seluruh kewajiban dalam rencana pelunasan seluruh pokok Obligasi Berkelanjutan IV Tower Bersama Infrastruktur Tahap III Tahun 2021 Seri B. Obligasi ini akan jatuh tempo pada 17 Februari 2024. "Selanjutnya, sisanya sebesar Rp 1,66 miliar akan digunakan untuk mendanai sebagian kewajiban TBIG dalam rencana pelunasan seluruh pokok Obligasi Berkelanjutan V Tower Bersama Infrastruktur Tahap VI Tahun 2023 yang akan jatuh tempo pada 27 Februari 2024," kata manajemen. Helmy memprediksi, kinerja TBIG akan semakin baik sejalan dengan digitalisasi di Indonesia. Terlebih, kinerja TBIG sudah kembali pulih sejak kuartal ketiga 2023. "Rasio utang dan permodalan kami sangat sehat di tahun 2024 ini," kata Helmy kepada Kontan.co.id, Senin (22/1).
Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Anggarkan Belanja Modal Rp 4 Triliun di 2024 Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas mengatakan, permodalan merupakan hal krusial bagi emiten menara. Pasalnya, emiten menara membutuhkan modal yang besar untuk membangun dan mengoperasikan menara telekomunikasi. Selain itu, emiten menara juga perlu berinvestasi dalam teknologi baru untuk meningkatkan kualitas layanannya. "Oleh karena itu, emiten menara perlu terus mencari sumber pendanaan yang murah dan berkelanjutan. Penerbitan obligasi berkelanjutan merupakan salah satu alternatif pendanaan yang dapat dimanfaatkan oleh emiten menara," ujar Sukarno kepada Kontan,co,id, Senin (22/1).
Sukarno mengatakan, prospek kinerja di sektor emiten menara pada tahun 2024 masih positif. Kinerja TBIG selalu memiliki peluang untuk bisa tumbuh seiring ekspektasi penurunan suku bunga. Pasalnya, rasio utang emiten menara terbilang cukup besar. Sukarno pun memberikan rekomendasi
trading buy untuk saham TBIG, dengan target harga Rp 2.100 per saham. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memberikan rekomendasi
trading buy saham TBIG dengan target harge Rp 1.885 per saham-Rp 1.960 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati