JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) berencana memecah nilai nominal saham dengan rasio 1:10. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Jumat (14/6) menyetujui rencana stock split tersebut. Kemarin, harga saham TOWR berada di posisi Rp 24.950 per saham. Jika menggunakan patokan ini, harga TOWR pasca stock split adalah Rp 2.495 per saham. Kini, TOWR masih menunggu izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait rencana stock split ini. "Mudah-mudahan proses perizinan tuntas sebulan, sehingga setelah itu diharapkan bisa langsung efektif," kata Adam Gifari, Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Tbk, Jumat (14/6).
Kenaikan harga saham TOWR terbilang pesat. Sebagai perbandingan, saat initial public offering (IPO) tahun 2010, harga saham TOWR hanya Rp 1.050 per saham. Manajemen TOWR berharap, pasca stock split, saham TOWR bisa terjangkau investor ritel dan lebih likuid. Sebab, setelah memecah nominal saham, jumlah saham TOWR naik 10 kali lipat menjadi 10,2 miliar saham. Adam juga berharap, kenaikan likuiditas bisa membangkitkan saham TOWR dari tidur. Soalnya, selama ini saham TOWR minim ditransaksikan dan cenderung stagnan. Padahal, kinerja Sarana Menara lumayan bagus. Pada kuartal I-2013, TOWR membukukan laba bersih Rp 96,7 miliar naik 128,6% year on year (yoy). Pertumbuhan jumlah menara naik 32,9% menjadi 9.000 menara. TOWR juga ingin menambah 800 menara-1.000 menara baru. TOWR akan menambah dengan cara organik dan anorganik (akuisisi). TOWR menyiapkan hingga Rp 1 triliun untuk ekspansi ini.
Caranya, sebanyak 75% dari rencana penambahan menara itu akan dilakukan secara organik. Sementara, 25% akan melalui akuisisi. Saat ini, TOWR mengaku mendapat tawaran dari beberapa perusahaan telekomunikasi. "Indosat dan Mitratel kalau menawari pun kami siap menyambut. Karena kondisi keuangan kami masih sangat baik untuk akuisisi besar-besaran," kata Adam. Sayang, dia enggan menyebut besaran dana yang dibutuhkan untuk akuisisi tersebut. Adam mengklaim, TOWR masih memiliki ruang menarik pinjaman baru. Saat ini tingkat rasio pinjaman terhadap EBITDA TOWR menurun menjadi 3 kali dari 3,5 kali. Ini karena TOWR sudah refinancing utang US$ 475 juta dan € 40 juta, dengan cara memperpanjang masa jatuh tempo dari Mei 2013 menjadi Mei 2018. "Rating juga masih bagus," jelasnya. Saat ini, TOWR mencatatkan pendapatan kontrak tidak dapat dibatalkan US$ 2,7 miliar hingga tahun 2027. Tahun ini, TOWR menargetkan pendapatan dan EBITDA bisa tumbuh 25%-35%. Pendapatan diharapkan sebesar Rp 2,85 triliun-Rp 3,05 triliun. Sementara, EBITDA bisa menjadi Rp 2,4 triliun-Rp 2,55 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana