TOWR terus menancapkan menara



JAKARTA. Tahun ini, prospek bisnis PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) bakal membaik. Salah satu indikasinya, TOWR baru saja mendapat kontrak 901 kolokasi baru dan membangun 346 menara atau base transceiver station (BTS) baru, yang akan beroperasi pada kuartal III-2017.

Mengacu laporan keuangan kuartal I-2017, TOWR mencatat ada tiga pelanggan besar dengan sewa yang berkontribusi di atas 10% terhadap pendapatan TOWR. Ketiga pelanggan itu adalah PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Hutchison 3 Indonesia dan PT Telkomsel. Di akhir Maret 2017, TOWR mengelola 14.587 menara. Jumlah ini tumbuh 19% year-on-year (yoy). Adapun pertumbuhan jumlah penyewa sebesar 14,9% (yoy) menjadi 24.070 penyewa.

Analis JP Morgan Ranjan Sharma menyebut, jumlah penyewa menara TOWR tahun ini bisa tumbuh secara organik dan mencapai 1.200 penyewa. Dengan kontrak dan pembangunan menara baru, pertumbuhan sewa menara diprediksi melampaui target tahun ini.


Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan juga memprediksi pertumbuhan penyewaan menara TOWR akan lebih baik. Proyeksi ini seiring ekspansi operator telekomunikasi meningkatkan layanan data. Apalagi, permintaan layanan mobile internet terus naik. "Bisa dilihat dari penyebaran layanan 3G dan 4G beberapa tahun terakhir," kata dia.

Meski demikian, pertumbuhan jumlah penyewa tak dibarengi kenaikan tarif sewa. Bahkan, TOWR dan EXCL telah memperbarui kontrak dengan harga di bawah tarif sebelumnya Rp 13 juta per menara per bulan. Semula tarifnya Rp 15 juta-Rp 16 juta. "Harga Rp 13 juta per bulan bisa menjadi standar harga di masa mendatang. Ini menjadi risiko penurunan tarif sewa," kata Ranjan dalam risetnya 1 Juni 2017.

Analis Kresna Securities Muhammad Fariz menilai, meski ada penurunan tarif sewa menara dengan EXCL, TOWR saat ini masih bernegosiasi dengan PT Indosat Tbk (ISAT) dan Hutchison agar tarif sewa lebih baik. "Manajemen yakin harga sewa berangsur membaik," ungkap dia.

Ranjan menyatakan, selain penurunan tarif sewa menara BTS, ada pula penurunan sewa micro cell pole (MCP), yaitu jaringan fiber optik untuk penguatan sinyal senilai Rp 8 juta-Rp 9 juta. Tapi tarif sewa efektif mungkin lebih tinggi. Sebab, penyewa MCP juga kerap menyewa fiber dan BTS Hotel.

Selain itu, dengan belanja modal lebih rendah, tentu return on investment (ROI) lebih tinggi. Selain mengembangkan bisnis organik, TOWR menggeber pertumbuhan anorganik. Manajemen berniat mengakuisisi sejumlah menara. Sebelumnya, TOWR mengakuisisi 2.500 menara milik EXCL.

Di awal tahun ini, kinerja TOWR membaik. Pada kuartal I-2017, laba bersihnya naik 25% (yoy) menjadi Rp 649,38 miliar. Adapun pendapatannya naik 12% (yoy) menjadi Rp 1,31 triliun. Ariyanto memprediksi, pendapatan TOWR tahun ini tumbuh 9,5% (yoy) menjadi Rp 5,53 triliun, tapi laba bersihnya turun 13% (yoy) menjadi Rp 2,69 triliun.

Ranjan merekomendasikan overweight TOWR dengan target Rp 4.200 per saham. Fariz dan Ariyanto merekomendasikan buy dengan target masing-masing Rp 4.100 dan Rp 5.700. Harga TOWR kemarin naik 3,84% menjadi Rp 3.790 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia