KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Toyota Astra Motor (TAM) mengakui adanya penyesuaian harga jual yang diberlakukan pada beberapa produk mobil Toyota di awal Juli 2022. Toyota tetap yakin penjualan mobil di sisa tahun ini akan masih akan terus tumbuh secara positif. Marketing Director Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy mengatakan, penyesuaian harga juala mobil Toyota merupakan bagian dari kebijakan reguler yang dilakukan pabrikan asal Jepang tersebut. Faktor yang mempengaruhi kenaikan harga tersebut tentu banyak, misalnya perubahan biaya lantaran naiknya harga bahan baku di fasilitas manufaktur maupun perubahan nilai tukar mata uang. “Hal yang penting sebagai pertimbangan dalam penyesuaian harga ini adalah kami harus tetap menjaga value ke masing-masing segmen produk,” ujar dia, Kamis (14/7).
Sebagai contoh, ada model yang mengalami penyesuaian harga karena ada peningkatan kualitas mobil seperti Toyota Calya, kemudian ada pula beberapa model yang tidak berubah harganya seperti Toyota Avanza dan Veloz.
Baca Juga: Semakin Langka, Populasi Yarris di Indonesia Dipastikan Tidak Akan Bertambah Lagi Mengutip situs resmi Toyota Astra Motor, Toyota Calya dibanderol seharga Rp 158,30 juta. Sedangkan Toyota Avanza dan Veloz dihargai masing-masing sebesar Rp 233,10 juta dan Rp 286 juta. Secara sederhana, potensi penyesuaian harga jual pada mobil Toyota berjenis completely knocked down (CKD) adalah sekitar Rp 1,2 juta—Rp 11,5 juta, sementara untuk mobil jenis completely built up (CBU) adalah sekitar Rp 300.000—Rp 36,9 juta. “Untuk model mobil komersial, potensi penyesuaian harganya sekitar Rp 300.000 sampai Rp 17,3 juta,” kata Anton. Lebih lanjut, selama semester I-2022, penjualan mobil Toyota mencapai 149.461 unit atau tumbuh 22,3% secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 122.174 unit. Manajemen TAM berharap tren positif penjualan mobil Toyota dapat dipertahankan di semester kedua. Tantangan Toyota sebagai pelaku usaha otomotif saat ini adalah menjaga daya tarik pasar. “Makanya, kami tidak hanya fokus mengeluarkan produk-produk baru ataupun peningkatana, melainkan juga akan banyak layanan dan program yang dikembangkan sesuai kebutuhan tren konsumen saat ini,” terang Anton. Dihubungi terpisah, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menilai, penyesuaian harga jual pada beberapa produk mobil di Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal. Dalam hal ini, bukan hanya faktor keterbatasan semikonduktor semata, melainkan juga inflasi, kenaikan upah, perubahan kurs mata uang, dan lain sebagainya. Ia juga menyebut, kenaikan harga jual mobil yang terjadi pada saat ini masih bersifat wajar dan tidak berdampak besar pada penjualan mobil secara keseluruhan. “Biasanya setiap tahun ada penyesuaian harga jual kendaraan,” imbuhnya, Kamis (14/7). Gaikindo mencatat, penjualan mobil retail (dealer ke konsumen) berada di level 465.252 unit di periode Januari-Juni 2022 atau meningkat 19,95% (yoy) dibandingkan realisasi penjualan selama Januari-Juni 2021 sebesar 387.844 unit.
Khusus di bulan Juni 2022, penjualan mobil retail nasional tercatat sebesar 83.573 unit atau naik 35,75% month-to-month (mom) dibandingkan penjualan di bulan Mei 2022 sebesar 61.560 unit. Pihak Gaikindo sendiri menargetkan penjualan mobil nasional bisa mencapai 900.000 unit pada tahun ini.
Baca Juga: Ada Krisis Semikonduktor, Toyota Pastikan Supply untuk Pasar Indonesia Masih Aman Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat