Toyota dan Suzuki siap investasi US$ 2,6 miliar



JAKARTA. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Jepang sejak 22 Maret 2015 membuahkan hasil. Dari kunjungan tersebut, pemerintah berhasil menggaet dua investor otomotif besar asal negeri Sakura tersebut untuk menanamkan modalnya di tanah air. Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, hasil kunjungan tersebut, Toyota dan Suzuki berniat berinvestasi di Indonesia. Dua perusahaan tersebut pun telah menyatakan minat investasinya, yakni masing-masing sebesar US$ 1,6 miliar dan US$ 1 miliar. Menurut Franky, minat investasi tersebut merupakan perluasan investasi yang ada selama ini. "Komitmen tersebut untuk perluasan industri, sehingga Totoya dapat ditingkatkan tiga kali lipat dari 200 ribu menjadi 600 ribu. Selain itu, peningkatan kapasitas produksi sektor otomotif secara otomatis mendatangkan industri komponennya, " kata Franky melalui keterangan resminya, Kamis (26/3). Sementara itu, terdapat pula investor Jepang yang segera mengajukan proses perizinan investasi ke BKPM dengan nilai US$ 1,45 miliar. besarnya investasi tersebut terdiri dari sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), industri baja, industri pengolahan hasil perikanan, galangan kapal, dan kelistrikan.  Ada pula beberapa investor Jepang yang telah berkomitmen untuk merealisasikan investasinya senilai US$ 3 miliar, di luar komitmen sektor otomotif. Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga akan mendorong terealisaisnya investasi sebesar US$ 1,45 miliar yang terdiri dari sektor industri komponen, industri logam, industri pengolahan hasil perikanan, konstruksi dan perdagangan. "Pemerintah akan memperhatikan apa yang menjadi kendala investor, antara lain penanganan di pelabuhan serta kelancaran jalur pengiriman pelabuhan-pabrik," tambah Franky. Berdasarkan data BKPM, sepanjang tahun 2010-2014 realisasi investasi Jepang ke Indonesia mencapai US$ 12,1 miliar dan berhasil menyerap lebih dari 424 ribu tenaga kerja. Investasi Jepang tersebut, sekitar 50% atau US$ 6,3 miliar di sektor otomotif, industri baja US$ 2,01 miliar, industri kimia US$ 798 juta, industri tekstil senilai US$ 481 juta dan industri makanan senilai US$ 444 juta. Tak sampai di situ, pemerintah juga telah menyiapkan strategi khusus untuk meningkatkan investasi dari China ke Indonesia. Dalam Jokowi ke China kata Franky, pemerintah melalui BKPM telah membentuk tim khusus yang akan memfasilitasi investor China yang memiliki rencana investasi sehingga terbangun trust untuk menanamkan uangnya di Indonesia. Adapun strategi yang dimaksud, yakni melakukan pendampingan investor China yang menyatakan minat untuk berinvestasi termasuk membantu mereka mendapat kemitraan dengan industri nasional yang kredibel sehingga rencana investasi mereka dapat direalisasikan. Selain itu, BKPM juga akan mengidentifikasi investor China yang sudah memasukkan perizinan untuk segera melakukan realisasi. Peningkatan besaran investasi China ke dalam negeri merupakan pekerjaan rumah besar bagi BKPM. Franky pernah berjanji untuk meningkatkan rasio investasi China ke Indonesia yang hanya sebesar 7 %, lebih rendah dibandingkan Jepang 65% atau Singapura 40%. Adapun berdasarkan data BKPM, realisasi investasi China tahun 2014 mencapai US$ 800 juta, meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar US$ 297 juta. Sementara rencana investasi dari China yang sudah masuk ke BKPM per Oktober 2104 hingga 19 Maret 2015 sebesar US$ 13,66 miliar. "Bahkan periode September-Desember 2014, untuk pertama kalinya sejak tahun 2010, China masuk lima besar negara yang paling banyak berinvestasi di Indonesia, dengan nilai investasi sebesar US$ 500 Juta. Artinya 70% realisasi investasi China tahun 2014 terjadi di periode ini," jelas Franky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan