Toyota kembali juara 1 produsen mobil



TOKYO. Toyota Motor Corp akhirnya kembali menjadi produsen otomotif terbesar sejagad. Mereka bisa merebut kembali posisi puncak itu setelah sempat menjadi milik General Motor Co (GM) pada tahun 2011. Analis memperkirakan, penjualan Toyota akan terus meningkat dan meninggalkan pesaing-pesaingnya.

Manajemen Toyota mengumumkan total penjualan kendaraan bermotor pada tahun 2012 mencapai 9,75 juta unit, tumbuh 23% dari setahun sebelumnya. Penjualan yang memecahkan rekor terbanyak itu juga termasuk berasal dari anak usahanya Hino Motors Ltd dan Daihatsu Motor Co. Pada tahun yang sama, pesaingnya yakni GM hanya menjual 9,29 juta armada dan Volkswagen AG (VW) 9,07 juta unit.

Asal tahu saja, Toyota baru menduduki peringkat satu di industri otomotif global pada tahun 2008. Saat itu, ia mengalahkan GM yang telah menguasainya selama 77 tahun berturut-turut. Namun, penjualan Toyota tahun 2011 anjlok karena bencana gempa bumi dan tsunami di Fukushima yang mengganggu pasokan listrik ke pabriknya.


Manajemen Toyota menyampaikan, besarnya penjualan tahun 2012 karena resesi global sudah surut. Itu juga karena Toyota mampu menghasilkan kendaraan yang nyaman untuk dikemudikan seperti sedan Camry dan Prius hybrid. Mereka juga mampu menghadirkan kendaraan dengan harga murah. "Melemahnya nilai tukar yen juga meningkatkan daya saing kami," kata Akio Toyoda, Presiden Toyota.

Toyota menargetkan, penjualan pada tahun ini mencapai 9,91 juta unit. Permintaan sedan Camry di AS bakal menjadi salah satu pendukung untuk mencapai target itu. Tahun lalu, sedan Camry membantu meningkatkan penguasaan pangsa pasar Toyota di AS dari 12,9% menjadi 14,4%.

Faktor pendorong lainnya adalah bakal kembali pulihnya permintaan produk Toyota di China. Tahun lalu, mereka kehilangan banyak pangsa pasar karena sengketa perebutan pulau antara pemerintah Jepang dan China.

Toyota juga akan mengandalkan pemasaran domestik. Toyota akan mengandalkan kendaraan hibrida yang hemat bahan bakar, yakni Aqua. Permintaan produk itu bakal naik karena pemerintah Jepang masih memberi subsidi dan keringanan pajak untuk mobil hemat bahan bakar.

Editor: Adi Wikanto