TPK KOJA layani 1.400 kontainer per hari



JAKARTA. Kinerja Terminal Peti Kemas (TPK) KOJA terus membaik. Hingga semester I -2012, TPK KOJA mampu menangani lebih dari 1.400 kontainer per hari. Selain itu, terminal KOJA juga mampu melayani tiga kapal secara bersamaan dengan menggunakan enam quay crane (QC). Iwan Rialdy, Presiden Direktur Hutchison Ports Indonesia (HPI), mengatakan, keberhasilan KOJA dikarenakan kontribusi dan dedikasi manajemen KOJA serta kehadiran para tenaga kerja. “Kami sangat bangga memiliki tim terbaik di KOJA,” katanya melalui rilis yang diterima KONTAN, Minggu (22/7). Iwan menambahkan, baik IPC maupun HPI, berkomitmen meningkatkan tingkat produktivitas kepada pelanggan dengan cara menambah investasi untuk peralatan dan fasilitas untuk menangani peningkatan arus kontainer yang melintasi Tanjung Priok. Untuk meningkatkan produktifitas KOJA, tahun 2013 nanti, TPK KOJA akan melakukan perluasan lahan kontainer, perluasan jalur gerbang tambahan, pengadaan peralatan berupa delapan head-truck, tiga rubber-tyred gantry crane (RGTC) dan satu super post-Panamax quay crane. Melalui penambahan lahan dan peralatan baru itu, diharapkan kapasitas bongkar muat di KOJA bisa mencapai satu juta TEUs per tahun. Tahun ini, rata-rata gross cane rate (GCR) mencapai 27 pemindahan peti kemas perjam dengan vessel operating rate (VOR) 60 pemindahan peti kemas per jam. Tingkat produktivitas KOJA naik signifikan dibandingkan tahun 2011, dimana rata-rata CGR adalah 22 pemindahan peti kemas per jam dan VOR 50 pemindahan petikemas per jam. Peningkatan tingkat produktivitas KOJA, lanjut Iwan, tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan pelaksanaan sistem operasi terminal Hutchison Port Holdings – nGen. “Hutchison Ports Indonesia (HPI) dan Pelabuhan Indonesia Corporation (IPC), sebagai pemilik KOJA berkomitmen melakukan investasi lebih lanjut dalam bentuk peralatan baru dan fasilitas serta pelatihan bagi karyawan KOJA – baik yang bersifat lokal maupun internasional,” terang Iwan.

Semester I-2012, Terminal Peti Kemas (TPK) KOJA Tangani 1.400 Kontainer Per Hari


JAKARTA. Kinerja Terminal Peti Kemas (TPK) KOJA terus membaik. Hingga semester I -2012, TPK KOJA mampu menangani lebih dari 1.400 kontainer per hari. Selain itu, terminal KOJA juga mampu melayani tiga kapal secara bersamaan dengan menggunakan enam quay crane (QC).

Iwan Rialdy, Presiden Direktur Hutchison Ports Indonesia (HPI), mengatakan, keberhasilan KOJA dikarenakan kontribusi dan dedikasi manajemen KOJA serta kehadiran para tenaga kerja. “Kami sangat bangga memiliki tim terbaik di KOJA,” katanya melalui rilis yang diterima KONTAN, Minggu (22/7).

Iwan menambahkan, baik IPC maupun HPI, berkomitmen meningkatkan tingkat produktivitas kepada pelanggan dengan berinvestasi dalam peralatan dan fasilitas untuk menangani peningkatan arus kontainer yang melintasi Tanjung Priok.

Untuk meningkatkan produktifitas KOJA, tahun 2013 nanti, TPK KOJA akan melakukan perluasan lahan kontainer, perluasan jalur gerbang tambahan, pengadaan peralatan berupa delapan head-truck, tiga rubber-tyred gantry crane (RGTC) dan satu super post-Panamax quay crane.

Melalui penambahan lahan dan peralatan baru itu, diharapkan kapasitas bongkar muat di KOJA bisa mencapai satu juta TEUs per tahun. Tahun ini, rata-rata gross cane rate (GCR) mencapai 27 pemindahan peti kemas perjam dengan vessel operating rate (VOR) 60 pemindahan peti kemas per jam.

Tingkat produktivitas KOJA naik signifikan dibandingkan tahun 2011, dimana rata-rata CGR adalah 22 pemindahan peti kemas per jam dan VOR 50 pemindahan petikemas per jam. Peningkatan tingkat produktivitas KOJA, lanjut Iwan, tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan pelaksanaan sistem operasi terminal Hutchison Port Holdings – nGen.

“Hutchison Ports Indonesia (HPI) dan Pelabuhan Indonesia Corporation (IPC), sebagai pemilik KOJA berkomitmen melakukan investasi lebih lanjut dalam bentuk peralatan baru dan fasilitas serta pelatihan bagi karyawan KOJA – baik yang bersifat lokal maupun internasional,” terang Iwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri