Trading SUN diproyeksi ramai demi memaksimalkan return di 2021 saat yield menciut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan finansial global Societe Generale memandang netral pada instrumen obligasi negara Indonesia setelah reli kencang. Penurunan tingkat suku bunga yang semakin terbatas berpotensi mengecilkan imbal hasil obligasi di tahun depan. 

Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo juga setuju dengan proyeksi Societe Generale. Soni memandang di tahun depan para investor obligasi pemerintah akan cenderung menikmati kupon saja. Sementara, capital gain berpotensi mengecil karena suku bunga sudah sangat rendah. Ditambah, ekonomi mulai bangkit. 

Sekadar informasi, kinerja obligasi pemerintah yang tercermin dalam INDOBEX Government Total Return tercatat tumbuh 13,16% secara year to date (ytd). Sementara, posisi yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun berada di level 6,17% per Kamis (10/12). 


Soni memproyeksikan yield SUN tenor 10 tahun masih bisa mencapai 6% di pertengahan tahun 2021. Namun, yield berpotensi kembali naik mendekati akhi tahun depan. 

Baca Juga: Burden sharing terakhir 2020, pemerintah menjual SUN Rp 100,53 triliun ke BI

Di tengah proyeksi harga SUN tidak akan lagi tumbuh signifikan pada tahun depan seperti di tahun ini, Soni mengatakan investor cenderung akan melakukan trading secara lebih sering guna meningkatkan return. "Yield curve akan dipakai secara intense untuk melihat kesenjangan yield dan harga," kata Soni. 

Dengan begitu, semua durasi obligasi akan investor memanfaatkan untuk memaksimalkan trading.

Baca Juga: Prospek investasi obligasi tahun 2021 diramal masih menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati