KONTAN.CO.ID - Masyarakat, khususnya di wilayah Jawa Tengah, pasti sudah familier dengan tradisi tedhak siten atau tedak siten. Tradisi tedak siten dilakukan saat bayi sudah memasuki usia tertentu dan siap untuk belajar berjalan. Tidak hanya masyarakat Jawa Tengah saja, tedak siten juga biasa dilakukan oleh suku Jawa yang berada di Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, bahkan di wilayah lainnya.
Bersumber dari Peta Budaya Belajar Kemendikbud Ristek, upacara ini bersifat anonim. Artinya, siapa dan kapan pertama kali tedak siten dilakukan tidak diketahui pastinya. Meskipun demikian, tradisi tedak siten telah berlangsung secara turun menurun dalam kehidupan masyarakat.
Baca Juga: Cek BSU Tahap 3 di Kemnaker dan BPJS Ketenagakerjaan, Ini Caranya Sejarah singkat tedak siten
Sebanyak 41,7 persen penduduk Indonesia merupakan suku Jawa. Mereka banyak menempati wilayah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Umumnya, masyarakat di wilayah tersebut masih taat melaksanakan tradisi leluhur. Karenanya, tradisi tedak siten banyak ditemukan di ketiga wilayah ini. Tedak siten dilaksanakan oleh para leluhur sebagai bentuk penghormatan kepada Bumi yang akan dipijak oleh sang anak. Pelaksanaan tradisi ini selalu diiringi doa-doa oleh orangtua sang anak serta para sesepuh. Selain itu, tedak siten juga bisa diibaratkan sebagai bentuk pengharapan orangtua agar buah hatinya kelak siap dan sukses menghadapi kehidupan yang penuh rintangan dengan bimbingan orangtua-nya. Tedak siten juga merupakan bentuk penghormatan kepada bumi atau siti yang merupakan umber kesucian sekaligus sumber penghidupan manusia. Upacara tedak siten terbagi menjadi 7 tahapan prosesi: 1.
Tetahan dan menginjak jadah tujuh warna 2. Naik dan turun tangga dari tebu wulung 3. Ceker-ceker untuk berjalan di atas onggokan pasir 4. Masuk ke dalam kurungan 5. Menyebar
undhik-undhik (uang) 6. Dibersihkan dengan air siraman 7. Didandani dengan pakaian yang bersih.
Perlengkapan tradisi tedak siten
Tidak semua tempat dapat dipakai sebagai tempat berlangsungnya tedak siten. Biasanya upacara ini dilakukan di halaman rumah saat
weton atau hari lahir si anak. Contohnya seperti seorang anak lahir pada Senin Kliwon, maka pelaksanaan upacara tedak siten akan dilaksanakan sesuai dengan
weton si anak tersebut. Namun, jika perhitungan harinya tidak baik, pelaksanaan tedak siten bisa diundur atau dimajukan. Upacara ini biasanya dihadiri oleh orangtua si bayi, sesepuh keluarga seperti kakek dan nenek serta mengundang saudara dekat. Dalam setiap upacara tradisi tentu membutuhkan berbagai macam perlengkapan. Pada upacara tedak siten, perlengkapan yang perlu disiapkan yakni:
- Jadah atau tetel tujuh warna
Makanan ini terbuat dari beras ketan dicampur dengan parutan kelapa muda dan sedikit garam. Setelah matang dan ditumbuk, jadah diberi warna yaitu merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga dan ungu. Makna yang terkandung dalam jadah ini merupakan simbol kehidupan yang akan dilalui oleh si anak, mulai dia menapakkan kakinya pertama kali di bumi sampai berusia dewasa. Sedangkan ketujuh warna tersebut merupakan gambaran bahwa si anak dalam kehidupannya akan menjumpai banyak pilihan dan rintangan yang harus dilalui.
Baca Juga: Faktor Risiko dan Gejala-Gejala Kanker Payudara yang Tidak Boleh Disepelekan Jenang
bluwok merupakan makanan yang terbuat dari tepung beras yang agak kental sebagai lambang batu ujian untuk mengatasi berbagai kesulitan hidup.
- Nasi tumpeng dan ingkung pitik
Tumpeng merupakan simbol dari permohonan orang tua agar si bayi kelak menjadi anak yang berguna, sayur kacang panjang sebagai simbol umur panjang, Sayur kangkung sebagai simbol kesejahteraan, kecambah sebagai simbol kesuburan, sedangkan
ingkung pitik (ayam kampung utuh) adalah simbol kemandirian.
Jajanan pasar atau jajan pasar adalah makanan tradisional yang banyak ditemukan di pasar. Makanan ini nantinya akan dibagi-bagikan pada semua orang yang datang pada upacara tedhak siten, Makna dibalik jajanan pasar ini adalah bahwa anak tersebut diharapkan mampu memberi manfaat bagi lingkungannya. Bukan justru sebaliknya hanya menjadi benalu bagi lingkungannya.
Tangga atau
ondho ini terbuat dari tebu wulung, yaitu tebu jenis 'arjuna', warnanya ungu. Tangga ini memiliki tiang dan 7 anak tangga. Tebu, dalam bahasa Jawa, adalah kependekan dari
antebing kalbu yang artinya kemantaban hati. Tangga tebu wulung ini harus dibuat dari 3 buah batang tebu wulung. Tidak boleh lebih atau kurang. 2 batang untuk tiang, sebatang untuk 7 anak tangga. Anak tangga ini melambangkan selangkah-langkah memulai hidup hingga dewasa, si anak selalu dalam keadaan 'urip manis', bahagia hidupnya, tulus, beretika dan bercita-cita. Jenis tebu Arjuna ini melambangkan harapan agar si bayi memiliki sifat kesatria seperti Arjuna (tokoh pewayangan yang dikenal bertanggungjawab dan tangguh).
Pada saat prosesi tedak siten, akan akan dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang sudah dihiasi sedemikian rupa. Di dalam kurungan ayam, sudah tersedia berbagai macam barang yang bisa dipilih si bayi seperti cincin/uang, alat tulis, kapas, cermin, buku, pensil dan lainnya. Barang yang dipilih merupakan gambaran hobi dan masa depan si anak kelak. Selain itu, prosesi ini melambangkan bahwa kelak si anak akan dihadapkan pada berbagai macam jenis pekerjaan.
Baca Juga: Cara Buat Akun Pendataan-nonasn.bkn.go.id Khusus Tenaga Honorer, Tutup 30 September Perlengkapan tedak siten ini terdiri atas kembang mawar, melati, dan kenanga (kembang telon).
Kembang setaman ini memiliki makna bahwa ketika sang anak sudah berhasil berjalan sendiri, diharapkan dapat membawa keharuman bagi orang tua, diri sendiri dan lingkungannya. Selain itu terdapat juga Bokor (Wadah Air) dan Undhik-undhik, Bokor ini diberi air dan kembang setaman. Air dalam bokor ini berasal dari 7 sumber mata air yang berbeda. Hal ini sebagai lambang bahwa si bayi bisa terlepas dari marabahaya, sedangkan
undhik-undhik adalah beras yang telah diwarnai dengan pewarna. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News