KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan video tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Jawa Timur usai pertandingan sepak bola antara Arema Malang dan Persebaya Surabaya, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menduga bahwa penggunaan kekuatan yang berlebihan (excessive use force), melalui penggunaan gas air mata dan pengendalian massa yang tidak sesuai prosedur. Hal tersebut diduga menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yang berjatuhan "Dalam video yang beredar, kami melihat terdapat kekerasan yang dilakukan aparat dengan memukul dan menendang suporter yang ada di lapangan. Ketika situasi suporter makin banyak ke lapangan, justru kemudian aparat melakukan penembakan gas air mata ke tribun yang masih banyak dipenuhi penonton," kata Ketua Umum YLBHI Muhammad Isnur dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10). Menurutnya, penggunaan gas air mata yang tidak sesuai dengan prosedur pengendalian massa mengakibatkan suporter di tribun berdesak-desakan mencari pintu keluar, sesak nafas, pingsan dan saling bertabrakan. Hal tersebut juga diperparah dengan over kapasitas stadion dan pertandingan big match yang dilakukan pada malam hari.
Tragedi Kanjuruhan, YLBHI Menduga Ada Kesalahan Prosedur Penanganan Massa
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan video tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Jawa Timur usai pertandingan sepak bola antara Arema Malang dan Persebaya Surabaya, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menduga bahwa penggunaan kekuatan yang berlebihan (excessive use force), melalui penggunaan gas air mata dan pengendalian massa yang tidak sesuai prosedur. Hal tersebut diduga menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yang berjatuhan "Dalam video yang beredar, kami melihat terdapat kekerasan yang dilakukan aparat dengan memukul dan menendang suporter yang ada di lapangan. Ketika situasi suporter makin banyak ke lapangan, justru kemudian aparat melakukan penembakan gas air mata ke tribun yang masih banyak dipenuhi penonton," kata Ketua Umum YLBHI Muhammad Isnur dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10). Menurutnya, penggunaan gas air mata yang tidak sesuai dengan prosedur pengendalian massa mengakibatkan suporter di tribun berdesak-desakan mencari pintu keluar, sesak nafas, pingsan dan saling bertabrakan. Hal tersebut juga diperparah dengan over kapasitas stadion dan pertandingan big match yang dilakukan pada malam hari.