KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk (
TPMA) mengkaji opsi menaikkan tarif angkut batubara. Direktur TPMA, Rudy Sutiono mengatakan, TPMA akan membicarakan kemungkinan opsi menaikkan tarif angkut komoditas tambang tersebut. Saat, opsi kenaikan tarif yang tengah TPMA kaji berkisar 5%-10%. “Tarif memang sudah lama belum naik,” ujar Rudy kepada Kontan.co.id (16/1). Saat ini, sebagian besar pendapatan bisnis pengangkutan TPMA memang berasal dari sektor batubara. Porsinya mencapai sekitar 80% dari total omset bisnis pengangkutan perusahaan. Sisanya berasal dari pengangkutan
pellet kayu alias
wood chip.
Menurut catatan Rudy, permintaan jasa angkutan batubara sedang tinggi-tingginya. Jumlahnya bahkan hingga melebihi jumlah armada yang tersedia. Asal tahu, total total armada TPMA berjumlah 35 set untuk kapal tunda dan tongkang, serta 3 buah
crane barge. Saat ini, tingkat keterpakaian atau utilisasi armada TPMA mencapai 95% dari total kapasitas. Sebanyak 5% sisanya tidak diutilisasi karena adanya aktivitas rutin
docking dan perawatan kapal.
Baca Juga: Bakal Beli 2-3 Set Armada Kapal Baru, Ini Capex yang disiapkan Trans Power Marine Dengan adanya permintaan yang tinggi serta pergerakan harga batubara yang menurut TPMA masih baik, TPMA optimistis industri pengangkutan masih akan terus bertumbuh di tahun 2022 ini. TPMA sendiri sudah mengambil ancang-ancang tuk mengejar pertumbuhan kinerja. Hingga tutup tahun nanti, TPMA mengejar pertumbuhan pendapatan 15% dengan pertumbuhan laba bersih 30%-40%. TPMA berstrategi, TPMA akan terus menjaga kualitas layanan dan menjalin komunikasi yang baik dengan pelanggan. “Yang utama adalah
service ke pelanggan. Komunikasi yang baik dan meningkatkan kemampuan staf-staf TPM (Trans Power Marine),” tutur Rudy.
Sepanjang Januari-September 2021 lalu, TPMA membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 30,33 juta, naik 0,61% dibanding realisasi pendapatan usaha TPMA pada Januari-September 2020 yang sebesar US$ 30,14 juta. Dari pendapatan usaha itu, TPMA mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 3,42 juta di Januari-September 2021, naik 194,66% dibanding realisasi laba bersih TPMA pada Januari-September 2020 yang sebesar US$ 1,16 juta. TPMA belum menerbitkan laporan keuangan tahun 2021 untuk setahun penuh saat tulisan ini dibuat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .