Transaksi Afiliasi Ramai di Akhir 2023, Ini Catatan & Rekomendasi Saham dari Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi afiliasi ramai terjadi menjelang tutup tahun 2023. Sederet emiten menggelar aksi ini dengan bermacam tujuan. Mulai dari penyetoran tambahan modal, pemberian pinjaman untuk anak usaha, kerja sama bisnis, hingga pengalihan aset perusahaan.

Salah satu emiten yang getol melakukan transaksi afiliasi di bulan ini adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Dalam seminggu, tak kurang dari 11 transaksi afilisasi digelar Erajaya Grup, termasuk yang melibatkan anak usaha ERAA, PT Sinar Eka Selaras Tbk (ERAL).

Benang merah dari ramainya transaksi afilisasi ERAA adalah penyetoran tambahan modal, yang akan dipakai sebagai modal kerja untuk entitas usahanya.


Head of Legal & Corporate Secretary ERAA, Amelia Allen menegaskan transaksi yang dilakukan pada akhir 2023 ini bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan dari entitas usaha di bawah naungan Erajaya Grup.

Baca Juga: IHSG Naik ke 7.303, Simak Proyeksi Indeks Saham Untuk Jumat (29/12)

Amelia menambahkan, transaksi ini akan berguna untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan kegiatan operasional dari entitas usaha tersebut.

"Hal ini tentu saja diperlukan agar Perusahaan dapat terus bersaing menjadi salah satu pemain retail terbesar ke depannya," kata Amelia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (28/12).

Tak hanya ERAA, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) getol menggelar transaksi afilisasi. Terbaru, MDKA memberikan pinjaman kepada anak usahanya, PT Pani Bersama Jaya senilai US$ 175 juta.

Seminggu sebelumnya, MDKA memberikan pinjaman kepada MBMA senilai US$ 100 juta. Transaksi tersebut bertujuan untuk menyediakan dana pembiayaan bagi keperluan umum korporasi, termasuk memenuhi kebutuhan modal kerja. 

Pemberian pinjaman kepada entitas usaha juga banyak dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR). Emiten jalan tol plat merah ini memberikan shareholder loan kepada tiga entitas usahanya dengan jumlah yang bervariasi. Senilai Rp 2,7 triliun, Rp 160 miliar dan Rp 43,51 miliar.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Melesat di 2024, Saham Nikel dan Kendaraan Listrik Diramal Moncer

Selain itu, ada transaksi afiliasi dalam rangka pengalihan aset pusat data (data center). Seperti yang dilakukan oleh PT Indosat Tbk (ISAT) dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,62 triliun. Transaksi serupa dilakukan oleh Grup Sinarmas, di mana PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) membeli aset data center PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) senilai Rp 544,20 miliar.

Dengan bermacam tujuan, ada sederet emiten lain yang menggelar transaksi afilisasi pada Desember ini. Di antaranya PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP), PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA), serta Grup Emtek yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).

​Analisa & Rekomendasi Saham

CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mengamati transaksi afilisasi umumnya dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian alokasi sumber daya. Khususnya untuk kepentingan produksi maupun finansial, sekaligus sebagai salah satu strategi emiten untuk penguatan rantai nilai bisnis melalui sinergi grup.

Praska melihat ramainya transaksi afilisasi di akhir tahun 2023 sebagai antisipasi emiten dalam menangkap peluang pasar pada tahun 2024.

"(Pada 2024) diharapkan perbaikan ekonomi menyusul harapan kelonggaran kebijakan moneter dan berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tahun politik," kata Praska kepada Kontan.co.id, Kamis (28/12).

Equity & Economics Analyst KGI Sekuritas Indonesia, Rovandi mengamini transaksi afiliasi menjadi aksi yang efisien untuk mencapai sejumlah tujuan seperti penambahan modal dan pengalihan aset.

"Jadi wajar perusahaan melakukan ini. Selain mudah dan hemat, juga sebagai cara efisien menghadapi tahun 2024," ujar Rovandi.

 
MDKA Chart by TradingView

Namun, bentuk transaksi afiliasi seringkali hanya seperti "memindahkan uang dari kantong kanan ke kantong kiri", sehingga tidak memberikan dampak signifikan. Menurut Rovandi, persepsi ini turut menjadi penyebab transaksi afiliasi tidak banyak mengubah harga saham secara langsung.

Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni menambahkan, investor memang perlu teliti menganalisa alur dana dan efektivitas penggunaan dana dari transaksi tersebut. Transaksi afiliasi yang terkait dengan kebutuhan ekspansi bakal menambah daya tarik terhadap sahamnya.

"Transaksi afiliasi ini bisa jadi strategi menyambut tahun baru dengan target baru. Asalkan penggunaan dana secara produktif dan strateginya akurat, maka akan berdampak terhadap kinerja perusahaan," sebut Agung.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer sepakat, transaksi afiliasi yang menunjang strategi pengembangan bisnis emiten akan memberikan dampak yang lebih menarik. Sehingga bisa memoles kinerja perusahaan maupun pergerakan sahamnya.

Baca Juga: Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham MTEL, Simak Ulasannya

Miftahul menyoroti transaksi afiliasi yang banyak dilakukan ERAA, serta transaksi antara DSSA dan FREN.

"Kami menilai emiten yang baru-baru ini melakukan aksi korporasi cukup layak buat di tunggu performa fundamentalnya di periode mendatang," ungkapnya.

Sebagai pilihan investasi di antara emiten yang menggelar transaksi afiliasi, Miftahul merekomendasikan ERAA yang dalam hitungannya memiliki intrinsic value di kisaran harga Rp 490 per saham. Sementara itu, Rovandi menjagokan saham MDKA dan MBMA.

Agung punya jagoan yang sama, dengan menyematkan rekomendasi buy untuk MDKA dan MBMA. Sementara Praska memilih saham ERAA, MDKA, SMDR, TAPG dan SCMA. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari