JAKARTA. Tepat saat pemberlakukan aturan satuan perdagangan (lot size) dan fraksi harga baru, Senin (6/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok. IHSG anjlok 1,29% dibandingkan posisi akhir pekan lalu, ke level 4.202,81.Aturan main baru fraksi harga membuat bursa sepi transaksi, lantaran investor belum berani mengambil posisi alias wait and see. Tak pelak, nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin, tercatat hanya Rp 3,1 triliun. Bandingkan dengan nilai perdagangan akhir tahun lalu yang sebesar Rp 4,20 triliun.Pun volume perdagangan, kemarin, cuma mentransaksikan 2,6 miliar unit saham. Akhir tahun lalu, volume perdagangan saham masih sebanyak 4,98 miliar unit saham.Hanya saja, bukan cuma karena penerapan fraksi harga baru saja yang membuat bursa sepi transaksi sehingga IHSG terjengkang. Faktor eksternal, yakni kekhawatiran pasar terhadap fundamental ekonomi China yang melemah, juga andil membuat indeks turun.Asal tahu saja, JP Morgan memperkirakan, ekonomi China hanya akan tumbuh 7,4% tahun ini. Sentimen ini pula yang membuat bursa Asia memerah. Kemarin, indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,9% ke 139,12.Jadi, "Tidak bisa dibilang sepenuhnya satu-satunya penyebab sepinya transaksi karena fraksi harga. Soalnya market juga sedang down," kata Presiden Direktur AAA Sekuritas, Andri Rukminto.Andri mengakui, nilai transaksi saham di perusahaannya hanya Rp 18,6 miliar, kemarin. Jumlah ini hanya sepertiga dari nilai transaksi sebelum beleid baru fraksi harga diberlakukan.Gurasa Siagian, Direktur Equity Sales Batavia Prosperindo Sekuritas juga bilang, nilai transaksi di Batavia cuma Rp 14 miliar, kemarin. Padahal sebelumnya, rata-rata berkisar Rp 50 miliar-Rp 70 miliar per hari. "Ini terasa sekali, karena trader belum berani mengambil posisi," ujarnya.Investor masih ragu-ragu dengan aturan main baru perdagangan bursa. "Memang sekarang mau cari untung dalam jangka pendek, ini yang sulit," kata Gurasa.Selama ini satu tick kenaikan harga saham saja, trader sudah bisa memperoleh untung. Tapi, dengan aturan fraksi yang baru, trader memerlukan dua hingga tiga kali kenaikan saham, untuk meraup untung.David Sutyanto, analis First Asia Capital menduga, dalam satu minggu sampai dua minggu ke depan, trader masih mencari formulasi yang pas untuk trading. Sepinya perdagangan jelas akan mempengaruhi pergerakan IHSG.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Transaksi berkurang, IHSG pun terjengkang
JAKARTA. Tepat saat pemberlakukan aturan satuan perdagangan (lot size) dan fraksi harga baru, Senin (6/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok. IHSG anjlok 1,29% dibandingkan posisi akhir pekan lalu, ke level 4.202,81.Aturan main baru fraksi harga membuat bursa sepi transaksi, lantaran investor belum berani mengambil posisi alias wait and see. Tak pelak, nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin, tercatat hanya Rp 3,1 triliun. Bandingkan dengan nilai perdagangan akhir tahun lalu yang sebesar Rp 4,20 triliun.Pun volume perdagangan, kemarin, cuma mentransaksikan 2,6 miliar unit saham. Akhir tahun lalu, volume perdagangan saham masih sebanyak 4,98 miliar unit saham.Hanya saja, bukan cuma karena penerapan fraksi harga baru saja yang membuat bursa sepi transaksi sehingga IHSG terjengkang. Faktor eksternal, yakni kekhawatiran pasar terhadap fundamental ekonomi China yang melemah, juga andil membuat indeks turun.Asal tahu saja, JP Morgan memperkirakan, ekonomi China hanya akan tumbuh 7,4% tahun ini. Sentimen ini pula yang membuat bursa Asia memerah. Kemarin, indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,9% ke 139,12.Jadi, "Tidak bisa dibilang sepenuhnya satu-satunya penyebab sepinya transaksi karena fraksi harga. Soalnya market juga sedang down," kata Presiden Direktur AAA Sekuritas, Andri Rukminto.Andri mengakui, nilai transaksi saham di perusahaannya hanya Rp 18,6 miliar, kemarin. Jumlah ini hanya sepertiga dari nilai transaksi sebelum beleid baru fraksi harga diberlakukan.Gurasa Siagian, Direktur Equity Sales Batavia Prosperindo Sekuritas juga bilang, nilai transaksi di Batavia cuma Rp 14 miliar, kemarin. Padahal sebelumnya, rata-rata berkisar Rp 50 miliar-Rp 70 miliar per hari. "Ini terasa sekali, karena trader belum berani mengambil posisi," ujarnya.Investor masih ragu-ragu dengan aturan main baru perdagangan bursa. "Memang sekarang mau cari untung dalam jangka pendek, ini yang sulit," kata Gurasa.Selama ini satu tick kenaikan harga saham saja, trader sudah bisa memperoleh untung. Tapi, dengan aturan fraksi yang baru, trader memerlukan dua hingga tiga kali kenaikan saham, untuk meraup untung.David Sutyanto, analis First Asia Capital menduga, dalam satu minggu sampai dua minggu ke depan, trader masih mencari formulasi yang pas untuk trading. Sepinya perdagangan jelas akan mempengaruhi pergerakan IHSG.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News