Transaksi BI-Fast Makin Kencang, BI: Bisnis Perusahaan Switching Tidak akan Mati



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran layanan BI Fast dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi daya tarik bagi masyarakat dalam melakukan transfer antar bank. Di mana, biaya yang dipatok dalam layanan ini lebih murah dibandingkan layanan dari perusahaan switching.n

Seperti diketahui, biaya layanan BI Fast saat ini hanya Rp 2.500. Sementara, layanan transfer antar bank yang disediakan melalui perusahaan switching Rp 6.500.

Alhasil, volume transaksi BI Fast kian konsisten menunjukkan pertumbuhan. Pada kuartal II-2024, Bank Indonesia (BI) mencatat volume transaksi BI-Fast tumbuh positif 67,79% secara tahunan (YoY). Jumlahnya mencapai 785,95 juta transaksi.


Meski demikian, Kepala DKSP BI Dicky Kartikoyono mengungkapkan kondisi ini bukan berarti mematikan bisnis yang juga dijalani oleh perusahaan switching. Menurutnya, selama ini layanan transfer yang diberikan perusahaan switching juga menjadi pilihan bagi nasabah.

Baca Juga: Bank Indonesia Resmi Meluncurkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2030

"Semisal kalau di BI Fast sedang ada masalah, nasabah masih bisa transfer melalui layanan dari perusahaan switching," ujarnya.

Lebih lanjut, Dicky juga mengungkapkan bahwa ke depan pihaknya juga akan menggandeng perusahaan switching untuk penguatan infrastruktur dari layanan transfer ini. Harapannya, kualitas yang diberikan pun bisa sama dengan potensi yang sejatinya masih besar.

Ia mencontohkan BI Fast bisa lebih diarahkan untuk transaksi-transaksi cross border, sementara perusahaan switching bisa menjangkau pelaku-pelaku ekonomi lain seperti BPR yang kini boleh bikin sistem.

Selain itu, ia juga bilang selalu mengajak diskusi terkait kebijakan pricing yang diberikan oleh perusahaan switching. Terutama, mengajak perusahaan industri melihat potensi dan ekosistem yang sudah terbentuk.

Baca Juga: Retensi Meningkat, Bank Muamalat Akuisisi 400 Rekening Baru per Hari dari Aplikasi

"Kalau misalnya memang bisa dikatakan size-nya besar, kenapa harus harga yang lebih tinggi? Kalikan dengan volumenya, enggak usah dengan nominalnya," ujar Dicky.

Namun, ia tentu mempersilakan perusahaan switching untuk menentukan harganya sendiri tanpa dipaksa. Sebab, perusahaan switching tentu sudah memiliki hitungan sendiri sesuai dengan nilai investasinya.

"Prinsipnya, kita ingin ini semua mudah dan dipakai oleh masyarakat. Kalau harganya murah kan pasti dipakai," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi