Transaksi E-Commerce Tahun Lalu Tak Capai Target, Ini Alasannya Menurut BI dan Ekonom



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, total nilai transaksi e-commerce di sepanjang tahun 2022 tak mencapai perkiraan BI yang sebesar Rp 489 triliun. 

Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono mengungkapkan, total nilai transaksi e-commerce ada sepanjang tahun 2022 sebesar Rp 476,3 triliun atau tumbuh 18,77% secara tahunan. Doni mengungkapkan tiga alasan kondisi ini. Pertama, meningkatnya transaksi offline seiring dengan mobilitas yang meningkat. 

Kedua, tingginya biaya transaksi di e-commerce. Ketiga, meningkatnya social commerce yang diduga memiliki harga yang lebih miring dibandingkan dengan e-commerce.


Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan, pertumbuhan e-commerce memang akan mengalami fase perlambatan pertumbuhan mulai tahun ini. 

Baca Juga: Transaksi Uang Elektronik Berbasis Kartu Meningkat Signifikan Sepanjang 2022

"Pertumbuhan akan tumbuh positif, tetapi melambat karena masyarakat mulai kembali ke pola pra Covid-19," terang Riefky kepada Kontan.co.id, Jumat (20/1). 

Riefky mengatakan, pertumbuhan penjualan e-commerce memang sudah pernah mencapai puncaknya, yaitu pada masa pandemi Covid-19. Belanja secara daring menjadi salah satu solusi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhannya di tengah kuncitara. 

Nah, dengan normalisasi mobilitas, maka akan ada normalisasi pertumbuhan e-commerce juga. Terlebih, PPKM sudah ditiadakan di Indonesia.  Selain itu, Riefky juga melihat ini ada hubungannya dengan perlambatan daya beli masyarakat di tahun 2023 seiring dengan ketidakpastian yang masih ada. 

Lebih lanjut, BI memperkirakan total nilai transaksi e-commerce pada tahun 2023 akan sebesar Rp 533 triliun atau tumbuh 12% secara tahunan. Pertumbuhan ini pun melandai dari pertumbuhan yang tercatat pada tahun 2022 lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi