JAKARTA. Produk turun minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) dan emas masih menjadi favorit para pemain di bursa berjangka lokal. Itu tercermin dari volume transaksi sepanjang Juli di Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX). Mengutip data ICDX, sepanjang Juli, produk turunan CPO yaitu olein dan transaksi emas dalam dollar (GoldUD) mencatat pertumbuhan transaksi mencolok. Transaksi olein Juli meningkat 129 lot, naik 76,71% dari Juni 73 lot. Sedang transaksi GoldUD meningkat 22,63% menjadi 10.875 lot di Juli. Transaksi GoldUD mendominasi pilihan investor yang ingin bertransaksi emas di ICDX.
Padahal, transaksi produk emas lain di ICDX, seperti GoldGR dan GoldID menurun. Masing-masing sekitar 20,03% menjadi 467 lot dan 54,52% menjadi 272 lot. Kepala Bagian Pengembangan Produk ICDX, Retno Manuputty, menuturkan, banyak penyebab olein dan GoldUD menjadi favorit. Untuk olein, investor masih mengantisipasi lonjakan permintaan Lebaran. "Sejak Juli mereka mulai mengumpulkan barang, agar terhindar dari resiko kenaikan harga ketika ingin membeli. Jadi, pas lebaran stok mereka sudah aman," kata Retno. Selain itu, banyaknya perayaan kebudayaan dan agama di China dan India di Agustus dan September ikut mengangkat permintaan CPO. Sedangkan kenaikan transaksi produk GoldUD karena pergerakan dollar AS yang fluktuatif. Akibatnya, investor tertarik berspekulasi. "Belanja ketika harga murah, untuk nanti dilepas ketika harga dinilai sudah cukup bagus," papar Retno. Harga menarik Tak hanya itu, pergerakan harga kedua komoditas ini mempunyai daya tarik tersendiri. Analis Phillips Futures, Juni Sutikno mengatakan, pergerakan harga CPO punya peluang untuk naik dalam satu bulan ini. "Saya yakin dalam dua pekan harga CPO bisa kembali ke atas RM 3.000," tegas dia. Ia beralasan, harga kedelai yang semakin mahal ikut mengerek harga CPO. Saat itu terjadi, pasar akan mengalihkan pilihan ke CPO. "Belum lagi ada faktor cuaca yang masih bisa menurunkan produksi CPO," ujar Juni. Prediksi Juni, harga CPO dalam jangka sebulan berpeluang ke RM 3.150 - RM 3.200.Sedangkan, batas bawah ada di RM 2.800 per ton.
Kepala Riset Bagian Analisis Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra memprediksi, harga emas berada di fase konsolidasi antara US$ 1.587 hingga US$ 1.625 per ons troi. Ariston bilang, faktor Eropa menjadi penggerak emas. Saat ini, pelaku pasar mencari kejelasan tentang rencana aksi Bank Sentral Eropa dalam membantu negara anggotanya yang bermasalah, seperti Yunani, Italia dan Spanyol. "Transaksi emas masih jadi primadona," ujar Ariston. Dia memaparkan, emas memang lebih populer, dibandingkan komoditas yang lain. Tak hanya, untuk trading tapi juga untuk lindung nilai. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana