Transaksi Glencore kian memberatkan BNBR



JAKARTA. Dalam kurun waktu Juni-September 2014, defisiensi modal secara year-to-date (ytd) PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) meningkat Rp 89,48 menjadi Rp 1,94 triliun.

Membengkaknya angka defisiensi modal ini sejalan dengan menipisnya perolehan laba bersih. Secara ytd, laba bersih BNBR di akhir September 2014 hanya Rp 22,36 miliar. Padahal, di Juni 2014, laba bersih perseroan menyentuh angka Rp 123,12 miliar.

Hal tersebut disebabkan melambungnya beban yang harus ditanggung perusahaan. Beberapa yang mencolok adalah beban bunga dan keuangan serta beban perubahan nilai wajar derivatif bersih.


Beban bunga dan keuangan BNBR di sembilan bulan pertama tercatat sebesar Rp 578,84 miliar. Sedangkan, di enam bulan pertama 2014, nilainya sekitar Rp 417,05 miliar. Artinya, terdapat kenaikan sekitar 38,79%. Kemudian, perubahan nilai wajar derivatif bersih meningkat 29,26% menjadi Rp 351,35 miliar.

Asal tahu saja, beban ini baru muncul di buku akhir tahun perseroan. Adapun, beban ini berasal dari transaksi tukar guling saham (share swap) saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan Glencore International AG. Total nilai transaksi mencapai US$ 200 juta.

Keduanya meneken master confirmation for share swap transactions pada 30 November 2011. Berdasarkan kesepakatan, BNBR memiliki opsi untuk membeli kembali saham BUMI mulai enam bulan hingga 30 bulan setelah transaksi pertama.

Harga transaksi didasarkan pada harga rata-rata tertimbang yang direalisasikan Gelncore ditambah biaya transaksi. Opsi tersebut harus diikuti dengan pembayaran uang muka tertentu setiap enam bulan yang jumlahnya ditentukan Glencore.

Transaksi ni menimbulkan kewajiban derivatif yang nilainya mencapai Rp 3,1 triliun per akhir September 2014. Adapun, perubahan atas nilai wajar dari liabilitas derivatif yang dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif kekonsolidasian interim sebesar Rp 351,4 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie