MOMSMONEY.ID - Nilai Transaksi Harbolnas 2022 meningkat dari tahun lalu. Berdasarkan riset yang dilakukan NielsenIQ Indonesia, nilai transaksi Harbolnas mencapai Rp 22,7 triliun. Jumlah ini meningkat 56% dibandingkan Harbolnas 2021 yang sebesar Rp 18,1 triliun. "Jadi estimasi kita tahun ini itu naik sekitar RP 4,7 triliun di bandingkan 2021, itu sekitar Rp 22,7 triliun untuk total harbolnas," ujar Director of NielsenIQ Indonesia, Rusdy Sumantri dalam konferensi pers "Hasil Survei Harbolnas 2022" Kamis (12/1). Adapun, dari total tersebut, transaksi penjualan produk lokal mencapai Rp 10 triliun, meningkat Rp 1,5 triliun bila dibandingkan 2021.
Meski terjadi peningkatan nilai transaksi, tetapi bila dilihat lebih lanjut, transaksi harbolnas meningkat di area Jawa sebesar 23% dibandingkan 2021, tetapi justru menurun di luar Pulau Jawa sebesar 8%. Untuk produk lokal pun, penjualan di Jawa meningkat 15% dari 2021, tetapi justru menurun 8% di luar Jawa.
Baca Juga: Virtual Account Semakin Populer, Sedangkan Buy Now Pay Later Kian Disukai Orang Tak hanya itu, pertumbuhan nilai transaksi ini pun melambat dibandingkan pertumbuhan transaksi harbolnas yang meningkat hingga 56%. Berdasarkan analisa Nielsen IQ, ini disebabkan oleh kenaikan BBM yang terjadi beberapa bulan sebelumnya dan pengaruh kenaikan inflasi. Akibat kenaikan bahan bakar minyak, survei ini menunjukkan terdapat 35% yang membeli barang sama seperti biasa tetapi mengurangi jumlah barang yang dibeli, 17% beralih ke barang yang lebih murah, 12% membeli barang sama dan meningkatkan jumlah barang yang dibeli dan 37% yang membeli barang sama dengan jumlah sama seperti biasa. Adapun, dalam Harbolnas 2022, kategori yang paling banyak dibeli yakni fashion dan pakaian olahraga yang sebesar 81%, kosmetik sebesar 58% juga perawatan diri sebesar 40%.
Dikutip dari keterangan tertulis Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), capaian transaksi Harbolnas ini melampaui target yang sebesar Rp 20 triliun. Ketua Umum idEA, Bima Laga mengatakan riset Harbolnas kali ini tidak melulu menyoroti total transaksi yang terjadi. “Banyak pelajaran baru yang layak dijadikan pertimbangan pemerintah dalam menyusun peraturan, serta strategi bisnis bagi para pelaku industri digital. Pergerakan perilaku konsumen dan pelaku usaha saat ini benar-benar harus mendapat perhatian untuk bisa mengamankan perekonomian nasional, terutama dari sektor ekonomi digital," kata Bima. Dia pun optimistis pertumbuhan transaksi digital di Indonesia masih memiliki potensi tumbuh yang luar biasa. Menurutnya, belanja online tidak lagi sekedar gaya hidup di era kenormalan baru, tapi juga alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang kerap dijadikan solusi dalam kondisi tertentu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Lidya Yuniartha